Prepare Shooting Dokumenter
Oleh Supriyadi
“A documentary you can’t miss.More, a touching portrait of the building of a country.”
Benoîte Labrosse – Alternatives
Ketika shooting script sudah selesai dibuat, berarti pelaksanaan shooting sudah bisa dilakukan. Shooting script merupakan panduan dokumentator di lapangan, shooting script ibarat sebuah peta yang akan menghantarkan anda agar “tidak tersesat di jalan”. Tapi peta tetaplah peta, di lapangan segala sesuatu bisa saja terjadi. Lalu hal apa saja yang perlu dipersiapkan ?
Peralatan Shooting
Seperti halnya tentara yang akan bertempur di medan perang, persenjataan yang lengkap beserta amunisi serta strategi yang matang sudah harus dipersiapkan. Pun demikian ketika kita akan berangkat menuju lokasi shooting. Yakinkan bahwa semua peralatan shooting tidak ada yang ketinggalan. Buatlah daftar peralatan yang harus dibawa. Kamera sebagai bagian vital peralatan shooting sebaiknya dicek terlebih dahulu. Jika anda harus menyewanya, jangan terlalu percaya pada penyewa kalau peralatan dalam kondisi baik jika anda belum mengeceknya. Lakukan perekaman untuk mengetes apakah hasil rekaman itu baik atau tidak. Battere, hingga saat ini belum ada kamera video yang bisa dioperasikan tanpa ada arus listrik baik AC maupun DC. Bawalah paling tidak dua battere untuk keperluan shooting, beberapa battere memiliki indikator berapa lama bisa digunakan, tapi kalau tidak ada kondisi battere bisa dicek di display kamera. Dengan demikian anda bisa memprediksi kebutuhan battere di lapangan nantinya. Saran saya, bawa juga charger battere karena swaktu-waktu anda bisa mengisi battere yang sudah kosong. Tripod,penyangga kamera agar gambar yang dihasilkan lebih steady, tidak goyang. Pastikan semua panel yang ada di tripod bisa berfungsi dengan benar, misalnya apakah paning head tidak bermasalah? kalau konsep pembuatan dokumenter anda dengan gaya handheld berarti anda tidak mebutuhkan tripod atau penyangga kamera ini. Audio Set, seperangkat alat perekaman suara terdiri atas microphone, transmitter serta receivernya (kalau menggunakan tipe wireless) juga harus dicek. Begitu juga kalau menggunakan kabel mic. Reflektor, ada banyak jenis reflektor tapi tidak mungkin anda bawa semua jenis reflektor ke lapangan bukan? kalau saya sendiri lebih suka yang simple, yang bisa dilipat dan berwarna silver/perak. Ini sepertinya jadi favorit para dokumentator lain juga. Reflektor warna perak ini bisa memantulkan cahaya dengan baik. Kalau yang mau lengkap coba gunakan yang 5 in one, seperti namanya ini reflector satu set ada 5 jenis dalam satu paket(white difusser, soft,black,silver, dan gold). Tape/Cassette, kalau di senjata perang ini tape atau kaset itu ibarat peluru atau amunisi. Kalau untuk bikin feature film kebutuhan kaset bisa diprediksi dengan mudah, lain halnya untuk dokumenter jangan pelit untuk membawa kaset lebih. Beberapa kamera tidak menggunakan kaset alias tapeless,nah kalau seperti ini berarti anda harus mempersiapkan hardisk cadangan untuk media penyimpanannya.
Logistik
Jangan pernah menyepelekan logistik! hehehe…pake tanda seru biar keliatan serius. Tapi beneran lho kalo logistik itu penting banget. Tidak semua makanan gampang didapat di daerah, kalaupun ada apakah makan tersebut cocok untuk kru? Nah,kalau begitu bebarti sebelum berangkat shooting baiknya kita mempersiapkan makanan juga. Produser atau manajer produksi sudah harus memastikan berapa bujet yang dibutuhkan di lapangan, baik bujet keseluruhan maupun bujet setiap harinya. Ada kalanya harus membawa uang cash yang banyak, kenapa? karena di hutan tidak ada ATM, paling gak di empat hutan yang pernah saya datangi tidak pernah menemukan mesin ini. Hemm..bercanda lagi, tapi bener bahwa kita harus membawa cukup uang. Riyyani Djangkaru, mantan pembawa acara dokumenter televisi “Jejak Petualang” di Trans 7 cerita ke saya, suatu saat dia dan kru menshoot babi dan ubi yang dijual di pasar. Dan…owww, sebelum di shoot mereka meminta bayaran. Gak nyangka kan kalau shooting ubi dan babi ada bayarannya? Ya, artinya memang harus menyediakan uang lebih alias kontijensi/contigency.
Kru Lokal
Sebelum pengambilan gambar alias shooting, kita pasti sudah sering ke lokasi shooting tersebut. Di Gothe Hauss, sekitar setahun yang lalu saya sempat menanyakan pada Dominic Morissete dokumentator asal Perancis, berapa lama dia riset ke lapangan waktu buat film “Afghan Chronicles”. Dia menjelaskan tidak kurang dari dua tahun dia bolak-balik ke Afghanistan. Dia juga memanfaatkan kru lokal sana untuk membantu pembuatan dokumenter tersebut. Waktu saya buat dokumenter “SMP Terbuka Pulau Tunda” saya juga dibantu oleh orang lokal sana. Kenapa kru lokal ini penting? karena yang paling tahu tentang semua kondisi ya pasti orang lokal sana. Kru yang dimaksud tidak hanya sebagai porter saja, tapi bisa juga kita jadikan sebagai pemandu kita. Dan bagusnya lagi, dengan melibatkan orang lokal akan memperkecil atau mengurangi segala kecurigaan masyarakat di sana.
Hemmm..cukupkah persiapan untuk shooting dokumenter dengan prepare seperti yang saya tuliskan di atas? sepertinya belum…maklum lah artikel ini saya tulis dalam sambil mengerjakan hal lain, lagi nulis naskah dokumenter, supervisi editing, meeting beberapa project kantor, bimbingan TA, sama facebook sialan yang suka mengganggu,…hehehe...
0 Response to "Dokumenter Part6"
Posting Komentar