Dokumenter tanpa Riset!

Oleh Supriyadi

Ide dan gagasan sudah didapat, dan ide itu bisa diimplementasikan menjadi karya audio visual film dokumenter karena sudah memenuhi variable-variabel yang sudah kita (atau mungkin klien/investor) tentukan. Jadi apa langkah berikutnya? Riset! Sederhanya riset itu merupakan upaya pengumpulan dan pengolahan data. Semua data yang diperlukan untuk mendukung ide/gagasan awal tadi.

Riset, riset itu sebenarnya timeless, tidak ada batasan waktu, yang membatasi hanyalah deadline. Deadline yang sudah disepakati dalam time schedule yang sudah dibuat produser yang sebelumnya sudah diinformasikan pada klien atau investor. Beberapa dokumentaris bahkan menyebutkan bagus tidaknya film dokumenter dilihat dari seberapa lama riset itu dilakukan. Semua dokumentaris sepakat bahwa film dokumenter yang baik harus didukung oleh riset di lapangan yang baik dan mendalam. Di salah satu kesempatan diskusi, Garin Nugroho menjelaskan, “Film dokumenter itu tidak bisa dibuat tanpa riset dan data yang asal-asalan”. Sepertinya Garin sedang mengkritik utamanya pada para pembuat dokumenter pemula karena karya dokumenternya miskin data.

Metode Riset

Banyak sekali metode riset yang bisa membantu para pembuat dokumenter, yang paling umum dan banyak disarankan adalah metode riset observasi partisipasi. Dengan metode ini, periset terlibat langsung dengan subyek yang diriset. Dengan demikian periset akan mengenal secara jelas tentang segala hal yang ada di subyek. Harus diingat, ketika periset akan melakukan observasi, dia harus memiliki data-data awal terlebih dahulu, data itu bisa saja didapat dari berbagai literatur atau hasil penelitian sebelumnya, jika subyek pernah dilakukan penelitian. Dengan data awal, periset bisa membuat list pertanyaan yang akan bermanfaat untuk guiding pada observasi di lapangan. Yang dimaksud guiding di sini yakni sebuah panduan yang tidak kaku, karena sangat dimungkinkan periset bisa menambah beberapa pertanyaan untuk menggali informasi dari subyek. (Tentang tehnik wawancara akan dibahas pada seri berikutnya). Riset dalam documenter sebenarnya sedikit mirip dengan riset lainnya yakni, geografis, demografis, sosiografis, psikografis. Jadi, periset paling tidak harus memahami ke empat unsur ini. Ada buku tentang riset yang bagus banget karya Dr.John Smith, text book ini banyak dijadikan refrensi para dokuemntaris, sayangnya saya sendiri blom memiliki buku ini.

Siapakah yang akan menjadi periset?

Sutradara dokumenter akan sangat terbantu oleh hasil riset yang baik dengan data yang valid yang dibutuhkan dalam film dokumenter tersebut. Periset bisa terdiri dari beberapa orang yang tergabung dalam tim periset/researcher team. Di antara anggota tim, baiknya salah satu periset merupakan orang yang paling tau tentang daerah subyek riset yakni orang lokal itu sendiri. Misalnya ketika kita akan membuat film dokumenter tentang Papua ya bagusnya orang Papua sendiri, yang tau seluk beluk lokasi di sana. Bersambung…..