Filosofi adalah kerangka pikiran yang terbentuk sedemikian rupa dalam diri kita dan berfungsi memberi kita ruang bagi semua tindakan yang mungkin kita lakukan. Semakin luas kerangka berpikir itu semakin luas pula wilayah tindakan yang mungkin kita lakukan.
Simpelnya sich seperti itu, tapi waktu saya belajar “Filsafat Ilmu” dari Pak Michael Dua, yg namanya filsafat bisa bikin kepala nyut-nyutan. Filsafat oh filsafat…
Terus apa hubungannya dengan Filosofi Penyutradaraan? Menurut Naratama, filosofi dalam penutradaraan televisi merupakan sebuah daya pemikiran atas nilai-nilai seni visual yang diwujudkan dalam kenyataan visual itu sendiri.
Masih menurut Mas Nara, ada 3 dasar konsep menonton yang harus dipahami oleh Sutradara, yakni :
1. What People Want To See
2. What People Need To See
3. What People Want and Need To See
Kesimpulan saya, dengan memahami hal yang elementer ini, sebagai sutradara kita tidak boleh egois dalam menciptakan sebuah karya. Butuh pembelajaran yg simultan untuk mengetahui apa yang ingin penonton ketahui, apa yang perlu penonton ketahui, dan keduanya.
Matthew Kellen bilang :
Most importantly, I have learned that a director must continuously re-evaluate his or her methodology and keep an open mind to the world around them, both professionally and personally…
Sebetulnya ada buku, judulnya “Filmosophy” karya Daniel Frampton, ini buku keren aja. Sinopsisnya:
“Filmosophy” is a provocative new manifesto for a radically philosophical way of understanding cinema. The book coalesces twentieth-century ideas of film as thought (from Hugo Munsterberg to Gilles Deleuze) into a practical theory of ‘film-thinking’, arguing that film style conveys poetic ideas through a constant dramatic ‘intent’ about the characters, spaces and events of film.
0 Response to "Directing Philosophy"
Posting Komentar