Streaming vs Konvensional
Hingga
saat ini antara broadcasting konvensional dan streaming, masih memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai media siaran baru, peralatan
yang digunakan untuk streaming jauh dianggap lebih murah ketimbang peralatan
yang diperlukan oleh media siaran konvensional. Sedangkan salah satu yang masih
jadi kendala pada siaran streaming yakni kecepatan akses internet yang masih
jauh di bawah ideal. Namun kelak, jika kecepatan akses internet sudah tidak
lagi menjadi permasalahan, bukan hal mustahil jika siaran streaming justru akan
mengalahkan broadcasting konvensional.
Aneka Platform
Platform
mana sebetulnya yang paling cocok ketika kita menggunakan “pihak ke tiga”
siaran atau program hendak disebarluaskan? Saat ini banyak pilihan, bahkan
dalam waktu bersamaan bisa saja kita menggunakan pelbagai platform tersebut.
YouTube setelah menjadi media pengunggah serta pengunduh video, menjadi
platform favorit untuk streaming. YouTube Live menjadi pionir yang setelahnya
disusul oleh Facebook Live, Akamai, Wowza Stream Server, Zixi, dan Adobe
Media Server. Berbagai platform ini tentu saja memiliki kelebihan
masing-masing, karena itu pula beberapa pengguna ada kalanya menggunakan
lebih dari satu platform dengan harapan akan mendapat viewers yang lebih banyak
dan beragam.
Hardware dan Software
Kualitas
streaming akan dinikmati dengan baik ditunjang oleh tiga faktor, yakni hardware
atau piranti keras yang kompatibel, software atau piranti lunak dengan
beragam fitur penunjang, serta akses internet dengan kecepatan tinggi.
Menyadari hal ini, berbagai vendor telah merancang hardware serta software yang
mendukung aktifitas live streaming.
Livestream Studio 4.2
Livestream belum lama
merilis Studio 4.2 sebagai live production switcher, yakni sebuah switcher yang
nampaknya didedikasikan khusus buat live streaming. Tak hanya kamera dengan
menggunakan kabel, sebab Studio 4.2 juga didesain untuk konektifitas kamera
tanpa kabel alias wireless camera. Untuk tampilan, Ada dua jenis output
yang ditawarkan yakni HDMI dan SDI. Studio 4.2 juga mendukung berbagai device
untuk live streaming dari mulai Facebook Live hingga Adobe Media Server.
TriCaster Mini
Berkantor di negara dengan teknologi maju Jepang, NewTek
merupakan salah satu perusahaan yang konsisten dalam mengeluarkan berbagai
produk untuk keperluan penunjang broadcasting. Dari mulai sistim produksi
terintegrasi hingga software kreatif yang juga berkaitan dengan penyiaran. Jika
Tricaster 8000 diperuntukkan bagi penyelenggara penyiaran dengan skala besar,
maka Tricaster Mini nampaknya didesain untuk keperluan dengan skala kecil. Ya
inilah sebuah alat untuk keperluan live streaming yang dikoneksikan ke beragam
platform seperti halnya Livestream Studio 4.2.
Namun
kecil-kecil cabe rawit, sebab TriCaster Mini memiliki pelbagai fitur yang bisa
diandalkan penggunanya. Karenanya ia mengklaim sebagai sistem yang all in one,
dan tak perlu kru yang banyak untuk menghandle peralatan multiguna ini. Fikri Ramadhan videomaker asal Bandung mengaku telah
menggunakan produk NewTek ini untuk berbagai helatan. Laki-laki yang biasa
disebut Piklih inilah salah seorang di balik hiruk pikuk control room acara
#KonserGue2. Selain itu Piklih pernah menangani helatan creative live streaming
untuk acara Chevrolet Track Unlock The City, Elang Nusa Telkomsel, dan event
Menembus Langit (Jakarta-Garut) Live Stream.
Ditanya kenapa memilih
TriCaster, Piklih beralasan bahwa TriCaster tidak perlu banyak bridging device.
“Semua sudah jadi satu, dari stream multiflatform (social media atau FTP),
record ISO bisa, record PGM, grafik, VTR dan lain-lain” paparnya dengan
menyebut beberapa istilah teknis. ISO yang dimaksud adalah isolated camera,
yakni pengambilan gambar yang bukan gambar utama PGM (program).
BlackMagic ATEM
ATEM Television Studio HD
ditengarai sebagai production switcher yang didesain untuk keperluan
broadcaster serta para provesional di bidang Audio Visual. ATEM 8 konektifitas,
yakni 4 SDI dan 4 konektifitas HDMI yang bisa mendukung beragam format video
hingga format 1080p. Tak hanya kamera profesional, karena kamera prosumer
sekalipun bisa terkoneksi dengan alat ini. Seperti
halnya TriCaster, ATEM sebagai produk pendukung streaming keluaran BlackMagic
ini juga memiliki banyak output untuk berbagai keperluan pengguna. Selain untuk
kebutuhan live production, ATEM juga kerap digunakan untuk acara serial
televisi, web show, juga helatan kompetisi game yang sedang
banyak digandrungi para remaja. Dengan
desain portable namun kokoh, instalasi BlackMagic ATEM tergolong tidak rumit.
Dengan demikian pengguna bisa melakukan “bongkar pasang” secara cepat.
WireCast Gear
Berdiri di era tumbangnya Orde Baru di Indonesia,
Telesteram bermarkas di Nevada Amerika Serikat ini berfokus pada produk-produk
yang kini diperlukan untuk keperluan streaming. Telestream terkenal karena
selain mengeluarkan beberapa hardware jagoan, ia juga melahirkan semacam
software gratisan untuk keperluan live streaming.
Untuk
produk andalan, WireGear Cast merupakan hardware dan tentu saja software di
dalamnya yang didesain sedemikian rupa agar keperluan para pengguna
penyelenggara live streaming bisa memanfaatkannya. Untuk basic WireGear 110
dianggap sudah cukup mumpuni, 4 koneksi HDMI dirasa cukup untuk keperluan
dengan skup kecil. Namun untuk keperluan yang lebih besar, Telestream
mengeluarkan tipe WireGear 220 dengan 4 koneksi SDI. Seangkan untuk software
sama-sama menggunakan WireCast Pro.
Telestream
mengklaim kalau WireCast Gear merupakan ready-to-use system, serta cara
penggunaan yang jauh lebih simpel ketimbang kompetitornya. Kelebihan lain dari
WireCast Gear yakni build-in encoding, yang berarti bisa dikoneksikan dengan
semua layanan platform pendukung streaming seperti YouTube Live, Microsoft
Azure, DaCast, dan lainnya.
TV Masa Depan?
Bisa
jadi televisi streaming akan menjadi televisi masa depan. Jika saat ini
televisi streaming baru sekadar alternatif yang sidestream, tak menutup
kemungkinan justru televisi streaming akan menjadi mainstream juga
pada akhirnya, seperti televisi konvensional saat ini. Ada hal yang tidak bisa
dipungkiri, sebab sebaik dan secanggih apapun teknologinya akan menjadi sia-sia
ketika konten atau isi acara tidak terjaga.