Latest Updates

Jadi Floor Director itu, Keren!

Jadi Floor Director itu, Keren!
[ Oleh : Supriyadi ]

Tiga puluh menit lagi on air! Begitu ”perintah” produser setengah jam sebelum siaran langsung sebuah acara televisi. Waktu terus berjalan, beberapa crew masih kelihatan santai. Dua orang cameraman berbincang, entah topik apa yang mereka bicarakan. Make up anchor alias pembawa acara baru saja selesai, si anchor yang kebetulan keturunan Arab cantik itu bergegas menuju studio dengan latar green screen yang memang hanya berjarak beberapa meter saja dari ruang make up.

Lima menit lagi on air! Kali ini giliran program director berteriak. Semua crew sudah standby. Suasana studio masih terasa santai, hingga PD mengucapkan count down : 10.., 9…., 8…, Dan…..salah seorang cameraman teriak ”Heiii….(sensor) baju lu blum dikancingin satu tuh

Rutinitas terkadang menjemukan, karena rutinitas pula kegiatan yang penting itu bisa menjadi keteledoran. Saat itu paling tidak, ada empat orang crew di studio dan empat orang di sub control, andaikan saja salah satu cameraman gak ngeh dengan kancing baju mbak news caster tadi tentu saja hal fatal akan terjadi. Acara televisi adalah kerja tim, kesalahan satu orang berarti kesalahan tim. Yang paling bertanggung jawab atas kejadian di atas adalah Floor Director.


Siapakah Floor Director ?

Floor Director merupakan pimpinan alias bos di studio, di beberapa stasiun televisi dan production house, Floor Director biasa juga disebut sebagai Floor Manager. Floor Director adalah kepanjangan tangan dari Program Director/PD (tentang Program Director nanti akan kita bahas tersendiri). Floor Director mendengarkan perintah PD melalui sistem komunikasi intercom dari control room. Ibarat anggota tubuh, seorang FD menjadi telinga, mata, dan mulut seorang PD. Tugas utama seorang Floor Director adalah berkomunikasi dengan talent/pengisi acara. Dalam acara siaran langsung di studio, FD memiliki otoritas terakhir.

Sebelum produksi dimulai alias di pra produksi, seorang Floor Director harus memahami rundown terlebih dahulu. Jika ada perubahan dalam rundown, maka sebagai pemimpin di studio, FD harus segera mengkomunikasikannya dengan seluruh kru yang ada di studio. Juga jika ada perubahan yang melibatkan anchor misalnya, maka FD secepat mungkin memberitahukan pada anchor tersebut. Andrew Utterback dalam bukunya Studio-Based Television Production and Directing, menyarankan agar seorang FD memiliki semua pengetahuan hal teknis yang ada di studio, karena jika diperlukan FD bisa ”menggantikan” posisi tersebut.


FD dengan Crew di Studio

Komunikasi

Sekali lagi tentang masalah komunikasi. Komunikasi antar FD dan talent harus terjalin sejak sebelum produksi dan ketika produksi itu berlangsung. Misalnya ketika talent sudah berada di posisi yang baik, FD harus meyakinkan bahwa posisi clip on yang dikenakan talent sudah terpasang dengan baik. Atau ketika pengisi acara ”salah melihat kamera” maka FD harus segera memberitahukan talent tersebut untuk melihat ke arah kamera yang diinginkan. FD harus berperan aktif agar pengisi acara merasa nyaman dan akhirnya terlihat baik ketika berinteraksi dengan kamera. Ketika talent sudah berada pada blocking set, FD selalu berkomunikasi dengan crew yang ada di studio jika misalnya ada perubahan blocking pada talent.


Cuing Talent, Cuing Studio Crew

Jika pada saat produksi belum berlangsung, FD bisa memberikan arahan dengan bahasa verbal, maka tidak halnya ketika produksi berlangsung. FD memberitahukan semua perintahnya dengan cue alias tanda. Memberita tanda atau isyarat pada para pemain dan kru di studio harus dilakukan seefisien mungkin, sehingga talent dan juga crew faham betul dengan isyarat yang diberikan FD.


Command Hand :

Bahasa non verbal, seperti isyarat tangan, banyak dilakukan oleh Floor Director untuk memberi isyarat, baik pada crew yang ada di studio maupun pada para pengisi acara atau talent. Command hand sudah sangat lazim dipergunakan dalam produksi acara televisi di studio, bahkan command hand sudah menjadi kesepakatan umum di stasiun televisi mana saja.

Artikel ini saya tulis menjelang satu jam sebelum shooting, nanti saya lanjutkan lagi ya….


Referensi :

Studio-Based Television Production and Directing, Andrew Utterback

Television Production, Gerald Millerson

Cahaya dan Pencahayaan (1)

oleh : Supriyadi

Shooting adalah melukis dengan cahaya. Unsur cahaya berarti sangat penting dalam pembuatan film maupun acara televisi. Cahaya tidak selalu berurusan dengan lampu. Ada sumber cahaya lain selain dari sumber lampu. Secara sederhana ada dua jenis sumber pecahayaan, yakni pencahayaan alami (natural) dan pencahayaan buatan(artificial).

Cahaya merupakan gelombang elektromagnestis yang diterima oleh indera penglihat (mata) yang kemudian diteruskan ke otak yang akan merespon, menanggapi ransangan cahaya terebut. Sederhanya, tanpa cahaya maka benda tidak akan kelihatan. Atas dasar itulah, produksi film dan video memerlukan cahaya agar subyek bisa terlihat.

Pencahayaan televisi dan film memiliki fungsi-fungsi berikut:
• Menyinari obyek/subyek
• Menciptakan gambar yang artistik,
• Menghilangkan bayangan yang tidak perlu
• Membuat efek khusus.

Menyinari objek artinya memberikan pencahyaan agar objek atau subjek bisa terlihat jelas sesuai konsep film itu sendiri. Tidak semua bayangan itu diperlukan dan tidak semua bayangan tidak diperlukan. Dengan pencahayaan tetentu bayangan bisa dihilangkan, dikurangi,atau bahkan ditambah. Perlu tidaknya bayangan atau shadow, lagi-lagi sangat tergantung dari konsep film itu sendiri.

Three Points Lighting
Ini sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah pencahayaan dalam produksi video, film, dan foto. Tiga poin penting itu terdiri atas : Key Light, Fill Light, Back Light.

Key Light adalah pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight merupakan sumber pencahayaan paling dominan. Biasanya keylight lebih terang dibandingkan dengan fill light. Dalam desain 3 poin pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut 45 derajat di atas subjek.

Fill Light merupakan pencahyaan pengisi, biasanya digunakan untuk menghilagkan bayangan objek yang disebabkan oleh key light. Fill light ditempatkan berseberangan dengan subyek yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight. Intensitas pencahyaan fill light biasanya setengah dari key light.

Back Light, pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan dimensi agar subjek tidak “menyatu” dengan latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat di belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat tergantung dari pencahayaan key light dan fill light, dan tentu saja tergantung pada subyeknya. Misal backlight untuk orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan pencahayaan untuk orang dengan warna rambut hitam.

Selain 3 poin pencahayaan tadi masih ada jenis pencahyaan lainnya, yakni Background Light dimaksudkan agar setting/panggung tetap bisa kelihatan dengan baik.

Arah Cahaya
Arah cahaya dari pencahayaan akan bergantung pada ketinggian dan sudut dari sumber cahaya tadi. Dari atas, bawah, atau rata dengan obyek? Dengan demikian kita akan tahu bayangan yang dihasilkan cahaya tadi jatuh dimana. Peletakan sumber cahaya di atas subyek akan menghasilkan efek yang berbeda jika dibandingkan dengan peletakkan sumber cahaya dari arah bawah subyek. Arah pencahyaan ini biasanya disebut sebagai down angle dan up angle. Dengan down angle akan menghasilkan bayangan yang jatuh kea rah tubuh (kalau subyeknya orang). Sebagai contoh, konsep down angle bisa dilakukan pada scene interograsi, akan kelihatan dramatis. Sedangkan up angle akan menghasilkan pencahayaan yang kurang lazim, namun dengan penempatan pencahayaan seperti ini subyek akan kelihatan powefull dan gagah.


gambar dari http://www.dvxuser.com/

Kualitas Cahaya Kualitas pencahayaan berkaitan dengan keras atau lembutnya pencahyaan itu sendiri. Secara garis besar ada dua kualitas pencahayaan, yaitu hard light dan soft light. Hard light mempunyai karakteristik pencahyaan yang kuat dimana shadow atau bayangan lebih terlihat jelas. Softlight memiliki karakter sebaliknya, antara pencahyaan dengan bayangan hanya memiliki perbedaan yang tipis.

Rasio Pencahayaan
Lighting Ratio merupakan perbandingan antara brightness dan lightnest. Misalnya perbandingan 2:1, dimana pencahayaan area terang dua kali lipat dibanding area gelap. Teknologi video memungkinkan sampai pada rasio 4:1, area terang memiliki intensitas 4 kali lebih terang dibandingkan area gelap. Jika lebih dari itu, maka unsur detail bayangan atau shadow akan hilang.

Kontrol Cahaya
Ini merupakan metode untuk menambah atau mengurangi pencahayaan dari sumber cahaya. Penambahan atau pengurangan ini untuk menghasilkan efek tertentu. Misalnya efek cahaya matahari yang memancar masuk pada jendela kamar tidur, digunakan translucent yang ditempelkan dekat sumber cahaya.

Mengukur Intensitas
Intensitas cahaya yang yang dihasilkan dari key light, fill light,serta backlight bisa diukur oleh sebuah alat yakni Lightmeter. Ada dua jenis alat ini yaitu Incident and Reflectant. Incident diperuntukkan untuk mengukur intensitas cahaya yang “jatuh” pada subjek. Sedangkan Reflectant dipergunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan oleh subyek.

Jenis-Jenis Lighting Banyak sekali jenis lampu yang digunakan dalam proses pengambilan gamar atau shooting. Jenis lampu itu terdiri atas :

Blonde :1000-2000 watt, biasanya digunakan sebagai pencahayaan flood untuk area yang luas
Readhead : 650 - 1000 watt, digunakan sebagai key flood untuk area yang luas
Pepper Light : 100 - 1000 watt, lampu dengan intensitas rendah digunakan khusus untuk key atau fill light
HMI : ini merupakan jenis lampu kualitas tinggi
Hallogen : 100 - 500 watt, digunakan sebahgai key flood untuk area luas, jenis lampu ini biasanya digunakan untuk produksi dengan budgeting rendah.
Fresnell : jenis lampu yang memiliki lensa khusus yang memancarkan cahaya



Temperatur Warna


Temperatur Warna merupakan kesan yang ditimbulkan oleh cahaya terhadap sebuah obyek ketika cahaya itu mengenai obyek. Ukuran temperatur warna dinyatakan dalam satuan derajat Kelvin (K). Semakin besar ukuran derajat Kelvin, maka warna obyek semakin putih, kebalikkanya maka obyek akan terlihat semakin menguning.

Aplikasi
Teori memang rada njelimet, bikin kepala nyut-nyutan. Tapi kawan, dengan dasar teori yang kuat, akan membantu kita di lapangan untuk “mempercepat” implementasi ide ke dalam tataran aplikatif. Demikian juga dengan tema cahaya dan pencahayaan kali ini. Bersambung….

Pengenalan / Konsep OOP

Pengenalan / Konsep OOP
OOP adalah teknik untuk membuat program objek, yaitu program yang tersusun dari kelas dan objek yang saling berhubungan. Hubungan antar kelas/objek ini dapat dilihat baik saat program ditulis maupun saat program dieksekusi.
Karena OOP merupakan teknik pembuatan program, maka ada pendekatan yang digunakan. Ada aturan yang harus diikuti saat menyusun programnya, dan ada tools yang digunakan untuk menuliskan programnya.

Belajar
Belajar OOP adalah belajar pemrograman, pusing juga sih karena bahasa pemrograman yang dipakai adalah JAVA, sudah lama saya tidak menggunakan bahasa pemrograman OOP (VB, FoxPro dsb). Mengapa begitu, yah karena sekarang lagi mendalami bidang Desain Grafis, dan Editing Film/Animasi tapi saya akan berusaha Pa Rommi. Nah menurut materi yang saya terima, ruang lingkup pembahasan OOPnya mencakup:

1.Belajar ide atau pendekatan yang menjadi konsep dasar OOP.
2.Belajar bagaimana menerapkan konsep dasar itu menjadi berbagai bentuk OOP.
3.Belajar bahasa pemrograman yang akan digunakan untuk membuat berbagai bentuk
OOP, seperti struktur program, sintaks penulisan, atau mekanisme eksekusi program.
4.Belajar menggunakan tools bahasa pemrograman untuk menulis program, kompilasi, dan
eksekusi.
5.Belajar menemukan dan mengartikan kesalahan program, dan memperbaikinya.

Belajar bagaimana mengimplementasi 1 s.d. 5 untuk membuat sebuah aplikasi yang utuh. Ada tiga konsep utama yang ada di OOP.

1.Encapsulation atau enkapsulasi ( merupakan penyembunyian informasi melalui private
dan protected.
2.Inheritance atau inheriten (merupakan suatu kelas berasal dari turunan pertama
atau lebih kelas lainnya).
3.Polymorphism atau polimorpisme (merupakan kemampuan objek berubah menjadi objek
yang lain.

Dari tiga konsep di atas, berikut adalah beberapa kelebihan OOP (yang diambil dari materi Pak Rommi, dalam webnya http://romisatriawahono.net dan dirangkum), yaitu: Pendekatan berorientasi masalah, segala sesuatu masalah bisa dimodelkan dengan objek.


1.Penyembunyian informasi, hanya variabel-variabel tertentu saja yang bisa diakses
sesuai dengan haknya
2.Reusability dan Ekstensibility, kode yang sudah ada bisa digunakan ulang, dan
kemudahan dalam pengembangan kode
3.Meningkatkan maintenability, kesalahan atau kekurangan pada kode dapat langsung
diperbaiki di blok kode tersebut.
4.Satu lagi, program bakal lebih terstruktur dan terorganisasi. Selain itu
penghematan penulisan kode program (kelebihan polimorpisme).

Sekarang kita bahas tentang tiga konsep itu, sebelumnya saya kasih tau dulu yach bahwa OOP itu pasti menggunakan Class.

Enkapsulasi
Enkapsulasi atau pengkapsulan pada intinya adalah kita gak perlu tau apa sih yang ada dalam objek itu (class), yang kita butuhkan adalah apa kegunaan, bagaimana cara memakainya dan apa yang akan terjadi. Ilustrasinya adalah motor. Gimana cara ngidupin motor? masukin kunci, tekan tombol starter dan gas atau kalo gak ada dienkol aja. Mudah bukan? Kita gak perlu tahu apa sih yang terjadi sebenarnya pas kita mencet starter atau engkol, taunya motor hidup trus bisa dijalankan. Ilustrasi lainnya adalah remote control tanpa kabel pada mobil-mobilan. Kalian kan tidak perduli kerja remote control itu yang sebenarnya, yang penting begitu dihidupin dan stiknya digerakin ke atas dia bakal maju. Begitu digerakin ke kanan, dia bakal belok, dst.

Contoh terakhir adalah jam tangan. Ini juga penjelasan yang paling mudah dipahami. Taukan fungsi jam? betul, buat nunjukin waktu. Pas beli jam tangan kita hanya memilih tampilan dan kualitas yang bagus, itu yang terpenting. Masa bodo dengan cara mesin rangkaian digital yang bekerja di dalam jam itu.
Gimana ngertikan konsep enkapsulasi? intinya kita hanya perlu tau apa kegunaannya, gimana cara memakainya dan hasilnya apa.

Enheriten
Yang ini intinya adalah mengembangkan class yang sudah ada. Jadi kita gak perlu ngebentuk dari awal lagi, class yang sudah ada bisa dimodifikasi dan/atau ditambah fungsinya sesuai dengan kebutuhan. Ada yang bisa ditambah ada yang dimodifikasi. Sekarang ilustrasi yang ditambah dulu yach... Contohnya sama dengan enkapsulasi, dulu mobil remote kontrol tanpa kabel hanya ada satu tombol. bila dipencet mobilnya akan maju, dan kalo gak dipencet mobilnya muter-muter terus searah jarum jam. Sekarang bisa bergerak sesuai keinginan kita.

Contoh lain adalah tentang jam tangan. Dulu fungsi jam tangan hanya sebagai penunjuk waktu saja, tapi sekarang fungsinya sudah nambah, dari yang bisa nampilin tanggal sampe kalender.
Sekarang contoh yang dimodifikasi. Jika dulu perseneling mobil hanya manual sekarang sudah ada yang otomatis

Jadi, dengan inheriten semua perubahan itu gak ngerubah bulat-bulat objek yang ada, tetapi hanya menambah dan memodifikasi dengan mempertahankan objek (class) awalnya.
Polimorpisme

Ini adalah inti dari OOP. Sebab dengan satu baris perintah kita bisa menggunakannya untuk berbagai keperluan, fungsi itu akan menyesuaikan sendiri ke pemanggilnya. Ilustrasinya adalah tombol play. Dimana-mana tombol play fungsinya sama, untuk menjalankan. Coba liat, padahal kan beda cara kerja tombol play di vcd dan radio.
Bagaimana? gak ngerti? Saya gak nyalahin kok, saya aja untuk konsep terakhir ini juga masih bingung dan bingung (rada ribet dibuatnya). Melihat diberbagai referensi pun tidak ada yang memberikan contoh yang mudah dipahami. Hanya itu contoh klasik yang rada nyambung. Nanti bakal ngerti sendiri kok kalo udah paham dua konsep sebelumnya. Inti Polimorpisme adalah objek yang kita gunakan ini bisa berubah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Jadi kita gak perlu menuliskan kode program panjang-panjang.

Pokoknya musti belajar banyak banyak deh untuk memahami OOP berbasis JAVA ini, teman teman penghuni PojokSpy mungkin hanya itu yang bisa saya jelaskan, saya juga lagi belajar lagi nih sama Pa Rommi. Sekian.

" Programming Televisi ? "

" Programming Televisi ? "
Dear All my student,

Ini ada tiga tips menarik tentang "Bagaimana memenangkan kompetisi televisi dengan program-program yang kuat dan menarik" dari begawan televisi broadcaster televisi Peter Herford, mantan wakil presiden CBS News selama hampir 13 tahun ini sudah malang melintang di jaringan tv CBS selama 27 tahun. Herford yang lulusan "Hubungan Internasional" Columbia University, AS ini mengulas tips ini dari Irwin Starr, didalam bukunya "Anda Ingin Mendirikan Stasiun Televisi?" yang populer menjadi referensi dari broadkaster di TV Lokal, TV Komunitas dan TV Independen.

Berikut Tips-tips:
1. Berpikirlah seperti pemirsa. Ingat, anda dalam bisnis dengan dua klien yang berbeda - pemirsa dan para pemasang iklan. Tanpa pemirsa anda tidak akan pernah berhasil denga para pemasang iklan.

2. Ingatlah Anda berkompetisi untuk waktu orang lain. Persaingan
Anda tidak hanya dengan stasiun televisi lainnya; tetapi juga dengan
radio, bioskop, media cetak, (internet), pengelolaan rumah tangga
dan bahkan perjalanan ke tempat kerja. Berkonsentrasilah untuk
menemukan cara terbaik untuk bersaing dalam setiap SEGMEN waktu
penyiaran.

3. Berpikir secara lokal! Itu adalah salah satu keuntungan Anda
dibanding TV lain dengan program nasional. Orang peduli terhadap apa
yang terjadi dalam masyarakat mereka sendiri.

"How to win the tv competition with TV Programming”

"Berpikirlah Secara Lokal", ini adalah catatan menarik dari Irwin Starr yang ditulis ulang oleh Peter Herford dalam bukunya "Anda Ingin Mendirikan Stasiun Televisi". Filosofi berpikir lokal ini menjadi sangat penting bagi programming stasiun televisi untuk memenangkan persaingan. Artinya, berpikir lokal inilah yang kemudian menjadi prioritas dalam gaya industri media kapitalis dimana Profit menjadi utama dalam setiap pertimbangan pemrograman acara televisi.

Dan salah satu catatan penting dalam filosofi programming ala Peter Herford adalah:

1. Tidak ada rumusan yang ajaib untuk menjalankan stasiun televisi yang sukses untuk semua perekonomian. Tidak ada dua stasin TV yang persis sama, tidak ada dua gaya manajemen yang sama, dan selalu ada perbedaan latar budaya masing2.

2. Menjalankan stasiun televisi dalam kota dengan penduduk 10.000 jiwa membutuhkan kemampuan yang sama dibandingkandengan menjalanka stasiun televisi di kota berpenduduk 10 juta jiwa.

Dan, akirnya Peter Herford menulis tips dengan lebih tajam lagi:

"Jangan menyusun acara stasiun tv menurut selera pribadi anda".
"Banyak stasiun tv yang sukses dijalankan oleh orang yang tidak suka pada acara-acara yang mereka udarakan".

10 Kebiasan efektif pembicara andal

10 Kebiasan efektif pembicara andal

Pembicara andal selalu menghadapi resiko pada saat ia berbicara atau berpresentasi walau begitu pembicara andal selalu fokus untuk tampil lebih baik Dibawah ini ada 10 kebiasaan efektif yang dilakukan seorang pembicara andal : (source : IBSC TV Presenter)

1. Selalu berusaha menemukan cara untuk menjadi pembicara andal. Selalu meningkatkan performa dari pengalaman yang dimiliki, selalu belajar dan mencari cara agar materi yang disampaikan sesuai dengan audiens.

2. Selalu tabah untuk meraih kesuksesan. Didalam dunia public speaking tidak ada yang instant. Jangan ragu untuk belajar pada sekolah presenter ataupun rajin-rajin bertanya pada ahli dalam public speaking.

3. Mencintai materi yang akan dibawakan. Audiens tidak akan mendengarkan anda jika anda sendiri tidak interest dengan materi yang anda bawakan.

4. Rasakan dan sensitive terhadap keinginan audiens. Bagikan pengalaman yang tidak menyenangkan kepada audiens ketika anda membawa acara.

5. Menghindari pernyataan maupun joke yang menyinggung audiens. Menggunakan anekdot ataupun quotation untuk menjaga konsentrasi audiens.

6.Menyiapkan materi presentasi dengan teliti. Belajar dari materi yang telah lampau dan menyempurnakannya berdasarkan pengalaman yang ada.

7. Membangun cerita untuk point penting dalam presentasi sehingga kemampuan untuk bercerita (story telling) harus selalu dipelajari.

8. Berkomunikasi dengan seluruh panca indera. 80% komunikasi yang efektif terjalin melalui komunikasi visual dan 20% dari audio dan verbal. Jangan remehkan alat Bantu visual dalam presentasi.

9. Latihan, untuk mencapai kesempurnaan. Berlatih didepan kaca dan teman.

10. Tidak lupa untuk mengapresiasikan diri sendiri. Bersyukur bahwa tidak semua orang diberi kesempatan dan kemampuan untuk menjadi seorang pembicara.

Best regard,