Latest Updates

Mandiri Blog Kontes


Ikutilah Mandiri blog kontes, sebagai ajang insan blogger untuk berkarya lewat tulisan, Bank Mandiri merupakan Bank Terbesar di Indonesia mengajak kaum blogger untuk berpartisipasi dalam blog kontes 2012, ikutilah dan raih hadiahnya.
Daftarkan blog anda ke http://blogkontes.mandirisaja.com/


Apa Kabar TV Digital ???



Migrasi dari sistem siaran TV analog ke sistem TV digital ini merupakan tuntutan global, terkait dengan hubungan perdagangan dan industri serta penanaman modal dengan negara lain, terkait dengan pelaksanaan rekomendasi “Mask” Concept  RRC2006, the regional radio conference 2006 di Genewa. Hal ini untuk melakukan strukturisasi pembangunan terrestrial broadcasting menuju all-digital future dan exploitasi maximum keuntungan digital transmission pada T-DAB dan DVB-T di Band III dan DVB-T di Band IV dan V, khususnya dalam masa transisi dari tahun 2006 ke tahun 2015.
Sejak tahun 2003, Tim Nasional Migrasi Televisi dan Radio dari analog ke digital (Timnas Migrasi) yang terdiri atas seluruh instansi penyiaran antara lain TVRI, RRI, BPPT, Kadin, YLKI, ATVSI, dan PRSSNI telah melakukan beberapa kajian terhadap implementasi televisi digital di Indonesia. Selain itu, juga diadakan serangkaian diskusi, seminar, workshop dan lokakarya yang melibatkan banyak ahli bidang televisi digital dari mancanegara.
Hal ini semua dilanjutkan dengan uji coba siaran TV Digital yang dikoordinasikan oleh Timnas Migrasi dan TVRI yang melibatkan sponsor swasta dan beberapa stasiun TV Swasta seperti RCTI, SCTV, Global TV, MNCTV, dan ANTV. Percobaan ini dilakukan sejak tahun 2006 menggunakan saluran 34 UHF untuk standar DVB-T dan 27 UHF untuk standar T-MDB. Dari uji coba siaran tersebut, DVB-T dinilai paling layak.




Penilaian inipun diberikan payung hukumnya pada tanggal 21 Maret 2007 lewat Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.07/P/M.KOMINFO/3/2007 yang memutuskan DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial) sebagai standard dan menetapkan Indonesia secara penuh meninggalkan siaran analog dan menggunakan siaran TV digital pada tahun 2015 yang disusul Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.27/P/M.KOMINFO/8/2008 tentang uji coba lapangan penyelenggaraan siaran TV digital. Era baru pun dimulai. Tanggal 13 Agustus 2008, soft launching siaran TV digital oleh TVRI diresmikan wakil Presiden RI.
Sejak tanggal tersebut gairah industri penyiaran dan masyarakat, khususnya wilayah Jakarta dimana siaran percobaan TV Digital TVRI secara terbatas dilakukan mulai dipompa. Gairah siaran TV digital ini semakin terasa saat Presiden SBY pada tanggal 20 Mei 2009 meresmikan siaran TV digital yang juga secara resmi menandai era siaran uji coba TV digital yang diusung PT Konsorsium Televisi Digital Indonesia (KTDI) yang terdiri dari enam stasiun tv swasta nasional yakni SCTV, MetroTV, TransTV, ANTV, dan TV One. Gairah masyarakat yang berada diwilayah uji coba pun terus meningkat. Hal ini tidak lepas dari elemen pilihan tayangan yang semakin banyak.


Tak heran, dalam acara diskusi bertajuk “Kesinambungan Siaran TV-Digital di Indonesia” di Senayan City, Jakarta, Kamis 15 Oktober 2012, Bambang Subiantoro Pelaksana Tugas Dirjen SKDI Depkominfo, mengungkapkan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Universitas Indonesia dengan Nielsen, 92 persen masyarakat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dinilai siap menerima siaran tv digital. Sayang, beberapa bulan setelah diskusi tersebut, tayangan yang diusung KTDI menghilang. Gairah masyarakat terhadap siaran TV digital menurun perlahan. Para pemilik TV yang sudah membeli Set-Top-Box (STB)-peranti penerima siaran TV Digital, pun banyak mengeluh.
Effort yang sudah dilakukan oleh TV Swasta dalam mendukung migrasi, khususnya melalui tahap uji coba seakan sia-sia yang selama lebih satu tahun dilakukannya.
Dari perspektif teknologi, pemilihan teknologi TV Digital berangkat dari pertimbangan  antara lain ketahanan terhadap derau dan kemudahan untuk proses perbaikan terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman transmisi signal.  Keuntungan lainnya pada Spectrum Frequency (efisiensi bandwidth), efisiensi dalam Network Transmission, efisiensi Transmission Power, Consumption Power yang tahan terhadap efek interferensi, derai dan fading. Disamping itu akan diperolah gambar dan suara yang jauh lebih stabil dan resolusi lebih tajam.
Sambutan masyarakat sudah cukup hangat, tinggal bagaimana pemerintah menyelesaikan tugasnya untuk segera menuntaskan proses migrasi ini. Peluncuran TV Digital yang sudah dilakukan di Jakarta dan Bandung beberapa waktu lalu, yang akan segera diteruskan di Batam dan Surabaya sebelum akhir tahun 2012, diharapkan segera diikuti dengan proses pemberian ijin baru bagi digital TV network provider sehingga masyarakat benar-benar dapat segera menikmati superiority teknologi TV digital ini, sekaligus menikmati digital dividen dari proses migrasi ini.
Lalu bagaimana dengan nasib semua TV Komunitas dan TV Lokal yang ada di seluruh Indonesia, akankah ikut juga untuk migrasi ke ranah digitalisasi????

Lowongan Trans7

Lowongan Trans7
TRANS 7 Lagi Ada Lowongan Nih Tuk Posisi: Creative (CRE), Video Editor (VE), Camera Person (CAMPERS), Lightingman (LIGHT), Audioman (AUDIO)..kirim Lamaran Ke Email: recruit@trans7.co.id (Maksimal 1 MB) atau Kirim Langsung Ke HRD Trans 7, Gedung Trans 7, JL. Kapt.Tendean No. 88C Jaksel..SUKSES



Teknologi Live Streaming dari Live-U BackPack



LiveU merupakan alat live streaming yang cukup populer di Amerika . Biasanya dipakai untuk Sport Live maupun News. However, karena internet di Amerika sangat cepat, Live Video Transmission banyak dilakukan dengan menggunakan teknologi Wi-Fi. Bahkan, beberapa produksi melakukan live dengan Skype ataupun Facetime, dengan menggunakan IPad dan Mic Wireless, bisa langsung Live streaming online. Teknologi LiveU masih mahal. Kalau lebih murah, menggunakan teknologi HiCam yang mempunyai RCA adaptor dan compatible dengan berbagai jenis kamera HD video. Waktu liputan Red Carpet Oscar, banyak wartawan yang melakukan Live Streaming dengan memasang video converter, dan langsung dikirim lewat jalur internet. Kuality cukup bagus, walau supaya tidak delay memakai jalur MPEG sysytem.

Soal harga retail, coba deh lihat ke www.bhphotovideo.com
Ini adalah Supermarket Film dan Televisi terbesar di Amerika, dan berlokasi di New York. Bisa pesan online juga.

Untuk di Indonesia, LiveU pada basicnya menggunakan sinyal 3G untuk uploading gambar ke satelit dan menggunakan kartu pascabayar Satelindo/Telkomsel..

Sehari-hari teman-teman menggunakan live-u untuk kepentingan live di tempat-tempat yang sulit dimasuki mobil SNG. Penggunaan/pengoperasiannya juga cukup mudah, serta handlingnya yang tak merepotkan (karena mesin dipacking sperti tas, yg mudah dibawa-meskipun lumayan berat. hehehehe...). Seperti pengalaman saya, saat liputan ada beberapa dari stasiun tv mancanegara memakai ini, saat stasiun tv lain membawa SNG dan perlengkapan lainnya yg seabrek-abrek.

Tapi, ada beberapa kelemahan yg kadang2 mengganggu, menurut pengalaman, karena live-u yg basicny 3G, masih teramat sulit mencari spot2 3G di wilyah Indonesia, berbeda mungkin di luar negeri, yang hampir sluruh wilayahnya terjangkau sinyal 3G.
Sinyal 3G yang lemah, akan berpengaruh pada delay gambar yang diterima di kantor. Gambar yg diterima akan patah2, scratch, dsb. Terkadang di wilayah jakarta sendiri, 3G masih cukup sulit.

Entertain or Die, Shoot the Details

Entertain or Die, Shoot the Details

"Entertain or Die" atau "Menghibur atau Mati". Loh, kok? Ungkapan ini ditulis oleh Steve Stockman, penulis dan sutradara TV, Iklan dan feature film dalam bukunya, "How to shoot video that doesnt't suck". Untuk menghasilkan karya video yang baik maka videomaker harus selalu berpikir "Entertain or Die". Setiap shot, angle, content, akting, musik, wardrobe, props dll, harus "Entertain" atau "menghibur". Bila tidak, video anda akan percuma dan mati. Tidak ada yang peduli dan menjadi sia-sia. Ini berlaku untuk semua format program tv maupun karya video. Bahkan untuk video keluarga, unsur "Entertain" menjadi unsur utama. Bila tidak, ya harap maklum kalau penonton bosan dan tidak peduli. Akhirnya video ini akan mati tidak ada penontonnya. Ini bisa dilihat dari youtube, kalau ada posting video dengan penonton dibawah 25 viewers, itu artinya video anda "Die".

Filosofi "Entertain or Die" pada akhirnya menjadi penting bagi kita2x, para broadcaster, video maker atau filmmaker yang setiap hari berjibaku dengan deadline, jadwal produksi, syuting hingga editing. Terkadang karena rutinitas kerja kreatif yang menghabiskan tenaga dan waktu ini membuat kita untuk mengingat apakah arti dari sebuah shot.... Artinya, no matter what, shot yang kita buat harus "Entertain".

saat syuting, seringkali fokus pikiran, mata dan hati kita hanya pada story board, naskah, adegan maupun acting dari sang aktor. Hasilnya, saat kita melakukan post editing, kita jadi mengeluh "Wah kurang stock shots nih". Tanpa sadar, sebenarnya yang kita butuhkan bukan hanya "footages" atau "stock shots" tapi "detail shots". Inilah yang perlu kita perhatikan. Lalu apa saja detil-detil gambar yang harus kita "shoot"?

1. Magic Moment
Perhatikan momen-momen menarik pada saat anda sedang merekam gambar. Lihat tingkah laku orang sekitar. Misalnya, saat anda syuting ulang tahun anak-anak, perhatikan juga para kakek-nenek yang hadir disitu, mungkin mereka akan menari dan menyanyi dengan riang gembira dan bisa juga lucu. Magic moment tidak bisa diulang, jadi semuanya tergantung dari kejelian mata anda sendiri.

2. Papan Nama
Buatlah detil-detil gambar pada papan nama atau judul tulisan atau merk minuman dsb. Ini akan membantu post editing anda untuk menjelaskan situasi yang mendukung naskah.

3. Ekspresi wajah.
Perhatikan ekspresi wajah senang, sedih, kaget dan sebagainya. Jangan hanya terpaku pada karakter main objek saja, tapi rekam juga gambar2x CU dari wajah sekitar, bisa juga figuran, bisa juga wajah tamu atau penonton di studio. Ekspresi ini akan mendukung emosi dari karya visual anda

So, jangan lupa, detail shots ya...
"Let's Entertain or (you will) Die"...



Salam,

Persinggungan antara tipe film dan bentuk film

Ada pertanyaan yang kemudian muncul, yaitu bagaimana melihat persinggungan antara tipe film dan bentuk film itu sendiri, sebab secara sepintas sulit menyatukan dua klasifikasi ini.





Walaupun tidak semuanya bisa dijelaskan, namun setidaknya cukup banyak yang bisa disatukan dalam sebuah film. Untuk tipe fiksi dan bentuk naratif mungkin tidak perlu penjelasan panjang, sebab banyak sekali film fiksi-naratif yang diproduksi di seluruh dunia terutama film-film yang diputar di bioskop-bioskop. Yang perlu menjadi catatan adalah sisa dari keterkaitan antara bentuk dan tipe.

1. Naratif dan Dokumenter.

Sub-tipe doku-drama merupakan titik temu antara dokumenter dengan naratif, dimana peristiwa, tokoh, ruang dan waktunya diambil dari kehidupan nyata, namun pembuatnya harus menginterpretasi ulang dan membuatnya tampak meyakinkan bagi penonton bahwa kejadian sesungguh adalah seperti yang digambarkannya.

2. Naratif dan Animasi.

Film-film animasi kartun adalah salah satu pertemuan titik antara bentuk naratif dengan tipe animasi. Dalam layar lebar banyak sekali film animasi kartun yang diproduksi seperti Fantasia, Beauty And The Beast dan sebagainya, sedangkan di televisi kita mengenal film kartun seperti Doraemon, Crayon Sinchan, Popeye, Scoby Doo dll.

3. Naratif dan Eksperimental.

Seringkali menjadi sulit mencari contoh dari film naratif dengan bungkusan eksperimental, namun setidaknya ada beberapa contoh yang dapat digunakan seperti Un Chien Andalou (Luis Bunuel), Pink Floyd : The Wall (Alan Parker), Parfumed Nightmare (Kidlat Tahimik) dsb.

Sedangkan titik temu antara bentuk non-naratif dengan tipe yang lain adalah seperti berikut :

4. Non-Naratif (Categorical) dan Fiksi.

Sub-tipe mockumentary adalah pertemuan antara categorical dengan fiksi, dimana peristiwa, tokoh, ruang dan waktunya merupakan hal fikstif, namun pembuatannya menggunakan pendekatan struktur serta aspek teknis dari dokumenter.

5. Non-Naratif (Categorical) dan Dokumenter.

Bentuk categorical memang awalnya ditujukan untuk dokumenter dan umumnya digunakan untuk hampir seluruh jenis dokumenter seperti ilmu pengetahuan, perjalanan, sejarah, instruksional dan lain sehingga.

6. Non-Naratif (Categorical) dan Animasi.

Sebenarnya titik temu awalnya sangatlah sulit dicari contohnya, namun setelah melihat Waltz With Bashir (Ari Folman) maka animasi-categorical ini menjadi memungkinkan. Film ini menceritakan sebuah penulusuran dari memori sang sutradara, namun dikemas dengan tipe animasi sehingga terpaksa bentuk categorical-nya cenderung menguat.

7. Non-Naratif (Rethorical) dan Fiksi / Animasi.

Bentuk rethorical dan fiksi bergabung dalam film-film iklan (TVC) ataupun iklan layanan masyarakat (PSA). Film-film tersebut cenderung melakukan persuasi yang kuat terhadap masyarakat.

8. Non-Naratif (Rethorical) dan Dokumenter.

Bentuk rethorical dan dokumenter cenderung muncul pada dokumenter dengan pendekatan propaganda, seperti yang terjadi dalam film Triumph of the Wheel (Leni Refensthal) dan Why We Fight ? (Frank Cappra).

Baik bentuk categorical ataupun rethorical sangat sulit mencari titik temunya dengan eksperimental, karena kencenderungan wujudnya yang sangat absurd.

9. Non-Naratif (Abstract) dan Fiksi / Animasi / Eksperimental.

Bentuk abstract sebagian besar merupakan fiksi dan ketika pembuatannya menggunakan elemen realis ataupun dengan teknik animasi maka akan cenderung menjadi film yang bersifat eksperimental. Misalnya film Dot (Norman McLaren), Mothlight (Stan Brakhage), Berita Hari Ini Tentang Dian Sastro (Faozan Rizal) dsb