Latest Updates

Jadi Floor Director itu, Keren!

Jadi Floor Director itu, Keren!
[ Oleh : Supriyadi ]

Tiga puluh menit lagi on air! Begitu ”perintah” produser setengah jam sebelum siaran langsung sebuah acara televisi. Waktu terus berjalan, beberapa crew masih kelihatan santai. Dua orang cameraman berbincang, entah topik apa yang mereka bicarakan. Make up anchor alias pembawa acara baru saja selesai, si anchor yang kebetulan keturunan Arab cantik itu bergegas menuju studio dengan latar green screen yang memang hanya berjarak beberapa meter saja dari ruang make up.

Lima menit lagi on air! Kali ini giliran program director berteriak. Semua crew sudah standby. Suasana studio masih terasa santai, hingga PD mengucapkan count down : 10.., 9…., 8…, Dan…..salah seorang cameraman teriak ”Heiii….(sensor) baju lu blum dikancingin satu tuh

Rutinitas terkadang menjemukan, karena rutinitas pula kegiatan yang penting itu bisa menjadi keteledoran. Saat itu paling tidak, ada empat orang crew di studio dan empat orang di sub control, andaikan saja salah satu cameraman gak ngeh dengan kancing baju mbak news caster tadi tentu saja hal fatal akan terjadi. Acara televisi adalah kerja tim, kesalahan satu orang berarti kesalahan tim. Yang paling bertanggung jawab atas kejadian di atas adalah Floor Director.


Siapakah Floor Director ?

Floor Director merupakan pimpinan alias bos di studio, di beberapa stasiun televisi dan production house, Floor Director biasa juga disebut sebagai Floor Manager. Floor Director adalah kepanjangan tangan dari Program Director/PD (tentang Program Director nanti akan kita bahas tersendiri). Floor Director mendengarkan perintah PD melalui sistem komunikasi intercom dari control room. Ibarat anggota tubuh, seorang FD menjadi telinga, mata, dan mulut seorang PD. Tugas utama seorang Floor Director adalah berkomunikasi dengan talent/pengisi acara. Dalam acara siaran langsung di studio, FD memiliki otoritas terakhir.

Sebelum produksi dimulai alias di pra produksi, seorang Floor Director harus memahami rundown terlebih dahulu. Jika ada perubahan dalam rundown, maka sebagai pemimpin di studio, FD harus segera mengkomunikasikannya dengan seluruh kru yang ada di studio. Juga jika ada perubahan yang melibatkan anchor misalnya, maka FD secepat mungkin memberitahukan pada anchor tersebut. Andrew Utterback dalam bukunya Studio-Based Television Production and Directing, menyarankan agar seorang FD memiliki semua pengetahuan hal teknis yang ada di studio, karena jika diperlukan FD bisa ”menggantikan” posisi tersebut.


FD dengan Crew di Studio

Komunikasi

Sekali lagi tentang masalah komunikasi. Komunikasi antar FD dan talent harus terjalin sejak sebelum produksi dan ketika produksi itu berlangsung. Misalnya ketika talent sudah berada di posisi yang baik, FD harus meyakinkan bahwa posisi clip on yang dikenakan talent sudah terpasang dengan baik. Atau ketika pengisi acara ”salah melihat kamera” maka FD harus segera memberitahukan talent tersebut untuk melihat ke arah kamera yang diinginkan. FD harus berperan aktif agar pengisi acara merasa nyaman dan akhirnya terlihat baik ketika berinteraksi dengan kamera. Ketika talent sudah berada pada blocking set, FD selalu berkomunikasi dengan crew yang ada di studio jika misalnya ada perubahan blocking pada talent.


Cuing Talent, Cuing Studio Crew

Jika pada saat produksi belum berlangsung, FD bisa memberikan arahan dengan bahasa verbal, maka tidak halnya ketika produksi berlangsung. FD memberitahukan semua perintahnya dengan cue alias tanda. Memberita tanda atau isyarat pada para pemain dan kru di studio harus dilakukan seefisien mungkin, sehingga talent dan juga crew faham betul dengan isyarat yang diberikan FD.


Command Hand :

Bahasa non verbal, seperti isyarat tangan, banyak dilakukan oleh Floor Director untuk memberi isyarat, baik pada crew yang ada di studio maupun pada para pengisi acara atau talent. Command hand sudah sangat lazim dipergunakan dalam produksi acara televisi di studio, bahkan command hand sudah menjadi kesepakatan umum di stasiun televisi mana saja.

Artikel ini saya tulis menjelang satu jam sebelum shooting, nanti saya lanjutkan lagi ya….


Referensi :

Studio-Based Television Production and Directing, Andrew Utterback

Television Production, Gerald Millerson

Cahaya dan Pencahayaan (1)

oleh : Supriyadi

Shooting adalah melukis dengan cahaya. Unsur cahaya berarti sangat penting dalam pembuatan film maupun acara televisi. Cahaya tidak selalu berurusan dengan lampu. Ada sumber cahaya lain selain dari sumber lampu. Secara sederhana ada dua jenis sumber pecahayaan, yakni pencahayaan alami (natural) dan pencahayaan buatan(artificial).

Cahaya merupakan gelombang elektromagnestis yang diterima oleh indera penglihat (mata) yang kemudian diteruskan ke otak yang akan merespon, menanggapi ransangan cahaya terebut. Sederhanya, tanpa cahaya maka benda tidak akan kelihatan. Atas dasar itulah, produksi film dan video memerlukan cahaya agar subyek bisa terlihat.

Pencahayaan televisi dan film memiliki fungsi-fungsi berikut:
• Menyinari obyek/subyek
• Menciptakan gambar yang artistik,
• Menghilangkan bayangan yang tidak perlu
• Membuat efek khusus.

Menyinari objek artinya memberikan pencahyaan agar objek atau subjek bisa terlihat jelas sesuai konsep film itu sendiri. Tidak semua bayangan itu diperlukan dan tidak semua bayangan tidak diperlukan. Dengan pencahayaan tetentu bayangan bisa dihilangkan, dikurangi,atau bahkan ditambah. Perlu tidaknya bayangan atau shadow, lagi-lagi sangat tergantung dari konsep film itu sendiri.

Three Points Lighting
Ini sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah pencahayaan dalam produksi video, film, dan foto. Tiga poin penting itu terdiri atas : Key Light, Fill Light, Back Light.

Key Light adalah pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight merupakan sumber pencahayaan paling dominan. Biasanya keylight lebih terang dibandingkan dengan fill light. Dalam desain 3 poin pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut 45 derajat di atas subjek.

Fill Light merupakan pencahyaan pengisi, biasanya digunakan untuk menghilagkan bayangan objek yang disebabkan oleh key light. Fill light ditempatkan berseberangan dengan subyek yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight. Intensitas pencahyaan fill light biasanya setengah dari key light.

Back Light, pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan dimensi agar subjek tidak “menyatu” dengan latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat di belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat tergantung dari pencahayaan key light dan fill light, dan tentu saja tergantung pada subyeknya. Misal backlight untuk orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan pencahayaan untuk orang dengan warna rambut hitam.

Selain 3 poin pencahayaan tadi masih ada jenis pencahyaan lainnya, yakni Background Light dimaksudkan agar setting/panggung tetap bisa kelihatan dengan baik.

Arah Cahaya
Arah cahaya dari pencahayaan akan bergantung pada ketinggian dan sudut dari sumber cahaya tadi. Dari atas, bawah, atau rata dengan obyek? Dengan demikian kita akan tahu bayangan yang dihasilkan cahaya tadi jatuh dimana. Peletakan sumber cahaya di atas subyek akan menghasilkan efek yang berbeda jika dibandingkan dengan peletakkan sumber cahaya dari arah bawah subyek. Arah pencahyaan ini biasanya disebut sebagai down angle dan up angle. Dengan down angle akan menghasilkan bayangan yang jatuh kea rah tubuh (kalau subyeknya orang). Sebagai contoh, konsep down angle bisa dilakukan pada scene interograsi, akan kelihatan dramatis. Sedangkan up angle akan menghasilkan pencahayaan yang kurang lazim, namun dengan penempatan pencahayaan seperti ini subyek akan kelihatan powefull dan gagah.


gambar dari http://www.dvxuser.com/

Kualitas Cahaya Kualitas pencahayaan berkaitan dengan keras atau lembutnya pencahyaan itu sendiri. Secara garis besar ada dua kualitas pencahayaan, yaitu hard light dan soft light. Hard light mempunyai karakteristik pencahyaan yang kuat dimana shadow atau bayangan lebih terlihat jelas. Softlight memiliki karakter sebaliknya, antara pencahyaan dengan bayangan hanya memiliki perbedaan yang tipis.

Rasio Pencahayaan
Lighting Ratio merupakan perbandingan antara brightness dan lightnest. Misalnya perbandingan 2:1, dimana pencahayaan area terang dua kali lipat dibanding area gelap. Teknologi video memungkinkan sampai pada rasio 4:1, area terang memiliki intensitas 4 kali lebih terang dibandingkan area gelap. Jika lebih dari itu, maka unsur detail bayangan atau shadow akan hilang.

Kontrol Cahaya
Ini merupakan metode untuk menambah atau mengurangi pencahayaan dari sumber cahaya. Penambahan atau pengurangan ini untuk menghasilkan efek tertentu. Misalnya efek cahaya matahari yang memancar masuk pada jendela kamar tidur, digunakan translucent yang ditempelkan dekat sumber cahaya.

Mengukur Intensitas
Intensitas cahaya yang yang dihasilkan dari key light, fill light,serta backlight bisa diukur oleh sebuah alat yakni Lightmeter. Ada dua jenis alat ini yaitu Incident and Reflectant. Incident diperuntukkan untuk mengukur intensitas cahaya yang “jatuh” pada subjek. Sedangkan Reflectant dipergunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan oleh subyek.

Jenis-Jenis Lighting Banyak sekali jenis lampu yang digunakan dalam proses pengambilan gamar atau shooting. Jenis lampu itu terdiri atas :

Blonde :1000-2000 watt, biasanya digunakan sebagai pencahayaan flood untuk area yang luas
Readhead : 650 - 1000 watt, digunakan sebagai key flood untuk area yang luas
Pepper Light : 100 - 1000 watt, lampu dengan intensitas rendah digunakan khusus untuk key atau fill light
HMI : ini merupakan jenis lampu kualitas tinggi
Hallogen : 100 - 500 watt, digunakan sebahgai key flood untuk area luas, jenis lampu ini biasanya digunakan untuk produksi dengan budgeting rendah.
Fresnell : jenis lampu yang memiliki lensa khusus yang memancarkan cahaya



Temperatur Warna


Temperatur Warna merupakan kesan yang ditimbulkan oleh cahaya terhadap sebuah obyek ketika cahaya itu mengenai obyek. Ukuran temperatur warna dinyatakan dalam satuan derajat Kelvin (K). Semakin besar ukuran derajat Kelvin, maka warna obyek semakin putih, kebalikkanya maka obyek akan terlihat semakin menguning.

Aplikasi
Teori memang rada njelimet, bikin kepala nyut-nyutan. Tapi kawan, dengan dasar teori yang kuat, akan membantu kita di lapangan untuk “mempercepat” implementasi ide ke dalam tataran aplikatif. Demikian juga dengan tema cahaya dan pencahayaan kali ini. Bersambung….

Pengenalan / Konsep OOP

Pengenalan / Konsep OOP
OOP adalah teknik untuk membuat program objek, yaitu program yang tersusun dari kelas dan objek yang saling berhubungan. Hubungan antar kelas/objek ini dapat dilihat baik saat program ditulis maupun saat program dieksekusi.
Karena OOP merupakan teknik pembuatan program, maka ada pendekatan yang digunakan. Ada aturan yang harus diikuti saat menyusun programnya, dan ada tools yang digunakan untuk menuliskan programnya.

Belajar
Belajar OOP adalah belajar pemrograman, pusing juga sih karena bahasa pemrograman yang dipakai adalah JAVA, sudah lama saya tidak menggunakan bahasa pemrograman OOP (VB, FoxPro dsb). Mengapa begitu, yah karena sekarang lagi mendalami bidang Desain Grafis, dan Editing Film/Animasi tapi saya akan berusaha Pa Rommi. Nah menurut materi yang saya terima, ruang lingkup pembahasan OOPnya mencakup:

1.Belajar ide atau pendekatan yang menjadi konsep dasar OOP.
2.Belajar bagaimana menerapkan konsep dasar itu menjadi berbagai bentuk OOP.
3.Belajar bahasa pemrograman yang akan digunakan untuk membuat berbagai bentuk
OOP, seperti struktur program, sintaks penulisan, atau mekanisme eksekusi program.
4.Belajar menggunakan tools bahasa pemrograman untuk menulis program, kompilasi, dan
eksekusi.
5.Belajar menemukan dan mengartikan kesalahan program, dan memperbaikinya.

Belajar bagaimana mengimplementasi 1 s.d. 5 untuk membuat sebuah aplikasi yang utuh. Ada tiga konsep utama yang ada di OOP.

1.Encapsulation atau enkapsulasi ( merupakan penyembunyian informasi melalui private
dan protected.
2.Inheritance atau inheriten (merupakan suatu kelas berasal dari turunan pertama
atau lebih kelas lainnya).
3.Polymorphism atau polimorpisme (merupakan kemampuan objek berubah menjadi objek
yang lain.

Dari tiga konsep di atas, berikut adalah beberapa kelebihan OOP (yang diambil dari materi Pak Rommi, dalam webnya http://romisatriawahono.net dan dirangkum), yaitu: Pendekatan berorientasi masalah, segala sesuatu masalah bisa dimodelkan dengan objek.


1.Penyembunyian informasi, hanya variabel-variabel tertentu saja yang bisa diakses
sesuai dengan haknya
2.Reusability dan Ekstensibility, kode yang sudah ada bisa digunakan ulang, dan
kemudahan dalam pengembangan kode
3.Meningkatkan maintenability, kesalahan atau kekurangan pada kode dapat langsung
diperbaiki di blok kode tersebut.
4.Satu lagi, program bakal lebih terstruktur dan terorganisasi. Selain itu
penghematan penulisan kode program (kelebihan polimorpisme).

Sekarang kita bahas tentang tiga konsep itu, sebelumnya saya kasih tau dulu yach bahwa OOP itu pasti menggunakan Class.

Enkapsulasi
Enkapsulasi atau pengkapsulan pada intinya adalah kita gak perlu tau apa sih yang ada dalam objek itu (class), yang kita butuhkan adalah apa kegunaan, bagaimana cara memakainya dan apa yang akan terjadi. Ilustrasinya adalah motor. Gimana cara ngidupin motor? masukin kunci, tekan tombol starter dan gas atau kalo gak ada dienkol aja. Mudah bukan? Kita gak perlu tahu apa sih yang terjadi sebenarnya pas kita mencet starter atau engkol, taunya motor hidup trus bisa dijalankan. Ilustrasi lainnya adalah remote control tanpa kabel pada mobil-mobilan. Kalian kan tidak perduli kerja remote control itu yang sebenarnya, yang penting begitu dihidupin dan stiknya digerakin ke atas dia bakal maju. Begitu digerakin ke kanan, dia bakal belok, dst.

Contoh terakhir adalah jam tangan. Ini juga penjelasan yang paling mudah dipahami. Taukan fungsi jam? betul, buat nunjukin waktu. Pas beli jam tangan kita hanya memilih tampilan dan kualitas yang bagus, itu yang terpenting. Masa bodo dengan cara mesin rangkaian digital yang bekerja di dalam jam itu.
Gimana ngertikan konsep enkapsulasi? intinya kita hanya perlu tau apa kegunaannya, gimana cara memakainya dan hasilnya apa.

Enheriten
Yang ini intinya adalah mengembangkan class yang sudah ada. Jadi kita gak perlu ngebentuk dari awal lagi, class yang sudah ada bisa dimodifikasi dan/atau ditambah fungsinya sesuai dengan kebutuhan. Ada yang bisa ditambah ada yang dimodifikasi. Sekarang ilustrasi yang ditambah dulu yach... Contohnya sama dengan enkapsulasi, dulu mobil remote kontrol tanpa kabel hanya ada satu tombol. bila dipencet mobilnya akan maju, dan kalo gak dipencet mobilnya muter-muter terus searah jarum jam. Sekarang bisa bergerak sesuai keinginan kita.

Contoh lain adalah tentang jam tangan. Dulu fungsi jam tangan hanya sebagai penunjuk waktu saja, tapi sekarang fungsinya sudah nambah, dari yang bisa nampilin tanggal sampe kalender.
Sekarang contoh yang dimodifikasi. Jika dulu perseneling mobil hanya manual sekarang sudah ada yang otomatis

Jadi, dengan inheriten semua perubahan itu gak ngerubah bulat-bulat objek yang ada, tetapi hanya menambah dan memodifikasi dengan mempertahankan objek (class) awalnya.
Polimorpisme

Ini adalah inti dari OOP. Sebab dengan satu baris perintah kita bisa menggunakannya untuk berbagai keperluan, fungsi itu akan menyesuaikan sendiri ke pemanggilnya. Ilustrasinya adalah tombol play. Dimana-mana tombol play fungsinya sama, untuk menjalankan. Coba liat, padahal kan beda cara kerja tombol play di vcd dan radio.
Bagaimana? gak ngerti? Saya gak nyalahin kok, saya aja untuk konsep terakhir ini juga masih bingung dan bingung (rada ribet dibuatnya). Melihat diberbagai referensi pun tidak ada yang memberikan contoh yang mudah dipahami. Hanya itu contoh klasik yang rada nyambung. Nanti bakal ngerti sendiri kok kalo udah paham dua konsep sebelumnya. Inti Polimorpisme adalah objek yang kita gunakan ini bisa berubah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Jadi kita gak perlu menuliskan kode program panjang-panjang.

Pokoknya musti belajar banyak banyak deh untuk memahami OOP berbasis JAVA ini, teman teman penghuni PojokSpy mungkin hanya itu yang bisa saya jelaskan, saya juga lagi belajar lagi nih sama Pa Rommi. Sekian.

" Programming Televisi ? "

" Programming Televisi ? "
Dear All my student,

Ini ada tiga tips menarik tentang "Bagaimana memenangkan kompetisi televisi dengan program-program yang kuat dan menarik" dari begawan televisi broadcaster televisi Peter Herford, mantan wakil presiden CBS News selama hampir 13 tahun ini sudah malang melintang di jaringan tv CBS selama 27 tahun. Herford yang lulusan "Hubungan Internasional" Columbia University, AS ini mengulas tips ini dari Irwin Starr, didalam bukunya "Anda Ingin Mendirikan Stasiun Televisi?" yang populer menjadi referensi dari broadkaster di TV Lokal, TV Komunitas dan TV Independen.

Berikut Tips-tips:
1. Berpikirlah seperti pemirsa. Ingat, anda dalam bisnis dengan dua klien yang berbeda - pemirsa dan para pemasang iklan. Tanpa pemirsa anda tidak akan pernah berhasil denga para pemasang iklan.

2. Ingatlah Anda berkompetisi untuk waktu orang lain. Persaingan
Anda tidak hanya dengan stasiun televisi lainnya; tetapi juga dengan
radio, bioskop, media cetak, (internet), pengelolaan rumah tangga
dan bahkan perjalanan ke tempat kerja. Berkonsentrasilah untuk
menemukan cara terbaik untuk bersaing dalam setiap SEGMEN waktu
penyiaran.

3. Berpikir secara lokal! Itu adalah salah satu keuntungan Anda
dibanding TV lain dengan program nasional. Orang peduli terhadap apa
yang terjadi dalam masyarakat mereka sendiri.

"How to win the tv competition with TV Programming”

"Berpikirlah Secara Lokal", ini adalah catatan menarik dari Irwin Starr yang ditulis ulang oleh Peter Herford dalam bukunya "Anda Ingin Mendirikan Stasiun Televisi". Filosofi berpikir lokal ini menjadi sangat penting bagi programming stasiun televisi untuk memenangkan persaingan. Artinya, berpikir lokal inilah yang kemudian menjadi prioritas dalam gaya industri media kapitalis dimana Profit menjadi utama dalam setiap pertimbangan pemrograman acara televisi.

Dan salah satu catatan penting dalam filosofi programming ala Peter Herford adalah:

1. Tidak ada rumusan yang ajaib untuk menjalankan stasiun televisi yang sukses untuk semua perekonomian. Tidak ada dua stasin TV yang persis sama, tidak ada dua gaya manajemen yang sama, dan selalu ada perbedaan latar budaya masing2.

2. Menjalankan stasiun televisi dalam kota dengan penduduk 10.000 jiwa membutuhkan kemampuan yang sama dibandingkandengan menjalanka stasiun televisi di kota berpenduduk 10 juta jiwa.

Dan, akirnya Peter Herford menulis tips dengan lebih tajam lagi:

"Jangan menyusun acara stasiun tv menurut selera pribadi anda".
"Banyak stasiun tv yang sukses dijalankan oleh orang yang tidak suka pada acara-acara yang mereka udarakan".

10 Kebiasan efektif pembicara andal

10 Kebiasan efektif pembicara andal

Pembicara andal selalu menghadapi resiko pada saat ia berbicara atau berpresentasi walau begitu pembicara andal selalu fokus untuk tampil lebih baik Dibawah ini ada 10 kebiasaan efektif yang dilakukan seorang pembicara andal : (source : IBSC TV Presenter)

1. Selalu berusaha menemukan cara untuk menjadi pembicara andal. Selalu meningkatkan performa dari pengalaman yang dimiliki, selalu belajar dan mencari cara agar materi yang disampaikan sesuai dengan audiens.

2. Selalu tabah untuk meraih kesuksesan. Didalam dunia public speaking tidak ada yang instant. Jangan ragu untuk belajar pada sekolah presenter ataupun rajin-rajin bertanya pada ahli dalam public speaking.

3. Mencintai materi yang akan dibawakan. Audiens tidak akan mendengarkan anda jika anda sendiri tidak interest dengan materi yang anda bawakan.

4. Rasakan dan sensitive terhadap keinginan audiens. Bagikan pengalaman yang tidak menyenangkan kepada audiens ketika anda membawa acara.

5. Menghindari pernyataan maupun joke yang menyinggung audiens. Menggunakan anekdot ataupun quotation untuk menjaga konsentrasi audiens.

6.Menyiapkan materi presentasi dengan teliti. Belajar dari materi yang telah lampau dan menyempurnakannya berdasarkan pengalaman yang ada.

7. Membangun cerita untuk point penting dalam presentasi sehingga kemampuan untuk bercerita (story telling) harus selalu dipelajari.

8. Berkomunikasi dengan seluruh panca indera. 80% komunikasi yang efektif terjalin melalui komunikasi visual dan 20% dari audio dan verbal. Jangan remehkan alat Bantu visual dalam presentasi.

9. Latihan, untuk mencapai kesempurnaan. Berlatih didepan kaca dan teman.

10. Tidak lupa untuk mengapresiasikan diri sendiri. Bersyukur bahwa tidak semua orang diberi kesempatan dan kemampuan untuk menjadi seorang pembicara.

Best regard,

Menulis Scenario Sitkom

Menulis Scenario Sitkom
Dear all, "Writing Television Sitcoms" adalah buku yang sedang saya baca sana-sini. Ditulis oleh Evan S. Smith yang menulis sitkom untuk "Cosby Show", "Home Improvement" , dan Late Night Talk Show yang telah bertahan 20 tahun "Late Night with David Latterman". Evan jugaadalah Dosen/Profesor/ Pakar penulisan Naskah TV di Syracuse University yang menulis untuk Paramount Pictures dan 20th century fox (yang memproduksi Program Fear Factor). Beberapa points saya pikir "oke banget" buat dishare ke temen2x semua di milis ini, siapa tahu ada yang berminat memproduksi sitkom atau program Komedi.
Ini fenomena yang sangat menarik. Keberhasilan BAJAJ BAJURI dan EXTRAVAGANZA merupakan terobosan dari SITKOM Televisi yang SCRIPTED. Artinya, komedi dan alur cerita dibangun dengan penulisan skenario yang kuat dan mampu beradaptasi secara periodik. Ini berbeda dengan program LAWAK-SRIMULAT yang mengandalkan kekuatan karakter pribadi untuk membuat lelucon secara improvisasi. Jadi jangan heran kalau kita sering bosan mendengar lawakan yang itu2x juga.
Nah, mudah2xan Tips minggu ini dari Evan S.Smith bisa membantumencari jalan membuat SITKOM ala Cosby Show.
Tips dasar "apa yang harus dipersiapkan untuk menulis SITKOM Komedi. Evan menulis sebagai "Comedy In the Story Premise", yaitu:
1. Comedy Tension
Sebuah cerita sitkom harus dibangun sejak awal dengan menjembatanisetiap segment agar menjadi dapat men"generate comedy tension"
2. Character Mix
Perbenturan karakter yang berbeda akan mendukung bangunan komedisecara mudah dan persuasif. Contohnya: Si Pemarah versus si Penyabar. Si Kutu Buku versus Si Anak Gaul. dsb. Percampuran karakter inilah yang akan mendukung Punching Lines pada setiap adegan.
3. Style Of Comedy
Disini, komedi sebaiknya dibangun berdasarkan (A)genre, (B)tipekomedi (slapstick/kids/family/friendship/school/dsb). Tipe komedi akan menentukan arah dari Jokes yang ingin dibangun. Tipe komedi juga akan menentukan target pemirsa yang ingin diraih. (C) Amount of humor-seberapa banyak adegan2x lucu yang ingin ditampilkan. (D) Consistencyof Humor-bagaimana humor/komedi terbangun dalam cerita secarakonsisten dari awal hingga akhir.
4. Casting
Banyak Penulis Skenario yang tidak dilibatkan pada saat Casting dan memilih/menyeleksi pemain SITKOM yang tepat. Biasanya Casting hanyadilakukan oleh Produser, Sutradara dan Casting Director. Ini adalah persepsi yang salah. Justru Penulis Skenario SITKOM harus disertakan dalam Casting sejak awal agar penulisan dapat beradaptasi dengan sifat dan karakater dari pemerannya.
Keempat tips ini, kelihatannya dapat digunakan di SITKOM Indonesia. Namun karena sifat humor Indonesia adalah "Celetukan" dan "Celaan"saya jadi agak ragu, apakah SITKOM di Indonesia bisa dilakukan denganScripted? Sitkom seharusnya adalah "acting based on script"bukan "acting based on yourself". Bajay Bajuri dan Extravaganza sudah membuktikan Act Based on Script.
Tapi apakah pola ini akan teruscocok di masyarakat Indonesia?
Dear all, "Writing Television Sitcoms" adalah buku yang sedang saya baca sana-sini. Ditulis oleh Evan S. Smith yang menulis sitkom untuk "Cosby Show", "Home Improvement" , dan Late Night Talk Show yangtelah bertahan 20 tahun "Late Night with David Latterman". Evan juga adalah Dosen/Profesor/ Pakar penulisan Naskah TV di SyracuseUniversity yang menulis untuk Paramount Pictures dan 20th century fox. Yang memproduksi Program Fear Factor.


Beberapa points sayapikir "oke banget" buat dishare ke temen2x semua di milis ini, siapa tahu ada yang berminat memproduksi sitkom atau program Komedi.Ini fenomena yang sangat menarik. Keberhasilan BAJAJ BAJURI danEXTRAVAGANZA merupakan terobosan dari SITKOM Televisi yang SCRIPTED. Artinya, komedi dan alur cerita dibangun dengan penulisan skenarioyang kuat dan mampu beradaptasi secara periodik.


Ini berbeda denganprogram LAWAK-SRIMULAT yang mengandalkan kekuatan karakter pribadi untuk membuat lelucon secara improvisasi. Jadi jangan heran kalaukita sering bosan mendengar lawakan yang itu2x juga. Nah, mudah2xan Tips minggu ini dari Evan S.Smith bisa membantumencari jalan membuat SITKOM ala Cosby Show.


Tips dasar "apa yang harus dipersiapkan untuk menulis SITKOM Komedi. Evan menulis sebagai "Comedy In the Story Premise", yaitu:


1. Comedy Tension
Sebuah cerita sitkom harus dibangun sejak awal dengan menjembatanisetiap segment agar menjadi dapat men"generate comedy tension"


2. Character Mix
Perbenturan karakter yang berbeda akan mendukung bangunan komedisecara mudah dan persuasif. Contohnya: Si Pemarah versus si Penyabar. Si Kutu Buku versus Si Anak Gaul. dsb. Percampuran karakter inilahyang akan mendukung Punching Lines pada setiap adegan.


3. Style Of Comedy
Disini, komedi sebaiknya dibangun berdasarkan (A)genre, (B)tipekomedi (slapstick/kids/family/friendship/school/dsb). Tipe komediakan menentukan arah dari Jokes yang ingin dibangun. Tipe komedi jugaakan menentukan target pemirsa yang ingin diraih. (C) Amount of humor-seberapa banyak adegan2x lucu yang ingin ditampilkan. (D) Consistencyof Humor-bagaimana humor/komedi terbangun dalam cerita secarakonsisten dari awal hingga akhir.


4. Casting
Banyak Penulis Skenario yang tidak dilibatkan pada saat Casting dan memilih/menyeleksi pemain SITKOM yang tepat. Biasanya Casting hanyadilakukan oleh Produser, Sutradara dan Casting Director. Ini adalah persepsi yang salah. Justru Penulis Skenario SITKOM harus disertakan dalam Casting sejak awal agar penulisan dapat beradaptasi dengan sifat dan karakater dari pemerannya.Keempat tips ini, kelihatannya dapat digunakan di SITKOM Indonesia.Namun karena sifat humor Indonesia adalah "Celetukan" dan "Celaan"saya jadi agak ragu, apakah SITKOM di Indonesia bisa dilakukan denganScripted? Sitkom seharusnya adalah "acting based on script"bukan "acting based on yourself". Bajay Bajuri dan Extravaganza sudahmembuktikan Act Based on Script. Tapi apakah pola ini akan teruscocok di masyarakat Indonesia?

How to protect your creative ideas

How to protect your creative ideas
Ide Kreatif anda dicontek?Konsep anda dicolong? Judul acara nama anda dibajak? Ini persoalan klasik yang sering kita hadapi dalam dunia pertelevisian Contek menyontek konsep acara televisi menjadi santapan lezat para produser/penulis skenario/konseptor program/programer stasiun/Sutradara televisi/dan para profesional yang sedang "hilang kreativitas" atau memasuki "titik jenuh berkreatiftas" .

Mereka secara sengaja maupun tidak sengaja terpaksa menghalalkan pembajakan terhadap berbagai ide- ide acara produksi lokal maupun internasional demi dan atas nama kreativitas.
Dan ini kadangkala bukan semata kesalahan mereka, itu terpaksa dan dipaksa terjadi karena persaingan industri yang super ketat dimana napas berkreatifitas dipacu dengan rating dan profit.

Lalu dimana aturan dan perlindungan hak cipta? bagaimana dengan copyright?

Tips dibawah ini mudah2xan dapat membantu anda untuk mem"protect" diri anda sendiri dari para plagiator kreatifitas :

1. Just "Copy Write" it!
Tulis nama anda didalam konsep atau naskah atau sinopsis atau proposal atau dll bahwa andalah yang menulis skenario/membuat dan mengkonsepkan ide tersebut. Jangan anda ragu melakukan hal ini, kalau ide dicetuskan bersama tulislah nama2x orang yang bersama2x membuat konsep tersebut. Ini adalah "Copy Write" anda alias penegasan bahwa Hak Cipta itu sepenuhnya milik anda sebelum adanya "deal". Dan siapapun yang membaca nama tersebut akan mengerti bahwa andalah yang mempunyai hak ciptanya.

2. Trade Mark and Paten
Kalau di Amerika Serikat berlaku pendaftaran hak cipta untuk dilegalkan pada The US trademark and patent. Lembaga ini dapat langsung mempatenkan hak cipta anda sehingga anda mempunyai trade-mark yang dapat anda perjualbelikan pada siapapun yang berminat.
Proses ini berlangsung sangat mudah dan siapapun dapat mempatenkan karya ciptanya. Kalau di Indonesia memang ada lembaga hukum yang dapat melegalisasi atau mempatenkan karya cipta anda, namun menurut pengalaman, belum jelas bagaimana mempatenkan karya cipta acara televisi/konsep kreatif ide pembuatan film. Yang ada baru nama/logo saja. Tapi nggak ada salahnya anda mencoba mempatenkan di Indonesia.

3. Signing the Letter of Copy Write" before the presentation
Ini pengalaman pribadi saja. Karena beberapa kali ide saya diambil begitu saja setelah saya melakukan presentasi didepan klien, maka saya dan tim melakukan Surat Perjanjian Hak Cipta" dengan klien yang isinya bahwa ide yang dipresentasikan adalah milik saya dan tidak dapat digunakan oleh klien sebelum ada persetujuan dalam pembelian karya kreatif. Tidak semua klien setuju, bahkan ada yang tersinggung, tapi ini lebih baik daripada ide anda dibajak begitu saja tanpa permisi. Dan, ini menunjukkan bahwa anda adalah seorang
profesional.

4. Public recognation.
Informasikan dan publikasikan karya anda kepada publik melalui media cetak/tv/radio/ internet, seminar, workshop, maupun dari obrolan antar teman. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan pengakuan publik bahwa ide kreatif karya berasal dari anda. Kalau ada orang lain menjiplak atau membuat kemiripan, anda sudah memenangkan hati publik. Publik akan mengatakan "itukan menjiplak karya anda...."

Tips pertama dan kedua saya rangkum dari tulisan Michelle Kaminsky lulusan Temple University School of Law yang menulis di majalah Create Magazine-Spring 2006. Sedangkan tips ketiga dan keempat adalah rangkuman dari pengalaman pribadi
dalam setiap membuat dan mempresentasikan konsep/ide kepada klien.

Ada tambahan dari teman2x? atau ada kritikan? Semoga tips ini berguna untuk kita semua....

Tips & Tricks Praktis Saat Presentasi di Kamera

1. Perhatikan Pakaian Anda














Penampilan anda didepan TV sebaiknya menggunakan pakaian yang gelap dan warna pakaian yang kontras dengan bagian lainnya.
Perhatikan gambar 1 penampilan terlihat acak acakan dengan warna pakaian kelihatan lusuh,
gambar 2 sedikit membaik dengan pakaian yang rapi dan lebih terbantu dengan warna dasi yang kontras dan gelap terlihat penampilan
3. Penampilan terbaik diperoleh pada saat anda menggunakan pakaian gelap seperti pada gambar 4.

2. Gunakan Gesture







Gunakan gerakan tubuh jika memungkinkan, menggunakan gesture tangan adalah pilihan yang terbaik jika anda tampil didepan kamera seperti gambar diatas. Prinsipnya sesuaikan gesture tubuh anda dengan hal yang anda ingin ucapkan agar penampilan terlihat dinamis.


3. Eye Contact


Gunakan eye contact yang cukup, ini membuat anda lebih menyakinkan didepan kamera dan dengan cara inilah pesan yang anda sampaikan dapat diterima dengan baik,



Selamat Berlatih

Crew Produksi

Crew Produksi
Agent (Agent Model) : Seseorang yang dipekerjakan oleh satu atau lebih talent agency atau serikat pekerja untuk mewakili keanggotaan mereka dalam berbegosiasi kontrak individual yang termasuk gaji, kondisi kerja, dan keuntungan khusus yangtidak termasuk dalam standard guilds atau kontrak serikat kerja. Orang ini diharapkan oleh para aktor/aktris untuk mencarikan mereka pekerjaan dan membangun karir mereka
Art Departement : Bagian artistik. Bertanggung jawab terhadap perancang set film. Seringkali bertanggung jawab untuk keseluruhan desain priduksi. Tugasnya biasanya dilaksanakan dengan kerjasama yang erat dengan sutradara dan cameraman

Asst. Director :Seorang asisten sutradara film yang memperhatikan administrasi, hal yang penting sehingga departemen produksi selalumengetahui perkembangan terbaru proses pengambilan film. Ia bertanggung jawab akan kehadiran aktor/aktris pada saat dan tempat yang tepat, dan juga untuk melaksanakan instruksi sutradara.

Art Director :Pengarah artistik dari sebuah produksi

Asisten Produser :Seorang yang membantu produser dalam menjalankan tugasnya

Broadcaster :Sebutan untuk seseorang yang bekerja dalam industri penyiaran

Best Boy :Asisten Gaffer atau asisten Key Grip.

Boom Man :Seorang yang mengoperasikan mikrofon boom.

Booth Man :Operator proyektor film. Orang yang bekerja dalam ruang proyeksi.

Camera Departement :Bertanggung jawab untuk memperoleh dan merawat semua peralatan kamera yang dibutuhkan untuk memfilmkan sebuah motion picture. Juga bertanggung jawab untuk penanganan film, pengisian film, dan berhubungan dengan laboratorium pemrosesan.
Cameraman :- First Cameraman sering disebut sebagai Penata Fotografi (Director of Photography) atau kepala kameramen, bertanggung jawab terhadap pergerakan dan penempatan kamera dan juga pencahayaan dalam suatu adegan. Kecuali dalam unit produksi yang kecil, Penata Fotografi tidak melakukan pengoperasian kamera selama syuting yang sesungguhnya.- Second Cameraman sering disebut sebagai asisten kameramen atau operator kamera, bertindak sesuai instruksi dari kameramen utama dan melakukan penyesuaian pada kamera atau mengoperasikan kamera selama syuting.- First Assistant Cameramen sering disebut Kepala Asisten untuk pada operator kamera. Seringkali bertanggung jawab untuk mengatur fokus kamera (untuk kamera film)- Second Assistant Cameraman, menjadi asisten operator kamera.

Cinematographer (Sinematografer) :Penata Fotografi. Orang yang melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan dan fotografi adegan. Sinematografer yang kreatif juga akan membantu sutradara dalam memilih sudut, penyusunan, dan rasa dari pencahayaan dan kamera.

Costume Designer :Orang yang merancang dan memastikan produksi kostum secara sementara maupun permanen untuk sebuah film.

Dialogue Coach or Dialogue Director :Orang dalam set yang bertanggung jawab membantu para aktor/aktris dalam mempelajari kalimat mereka selama pembuatan film. Mungkin juga membantu pengaturan dialog.

Director : Orang yang mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan bertanggung jawab untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan produser.

Editor :Sebutan bagi seseorang yang berprofesi sebagai ahli pemotongangambar video dan audio.
Editorial Departement :Divisi dimana semua potongan film yang telah dihasilkan digabungkan sehingga membentuk urutan yang koheren, kadang dengan bantuan asisten sutradara atau produser.

Electric Departement :Bertanggung jawab terhadap penjagaan dan penyediaan segala alat elektrik. (misalnya: lampu, kabel, dan lain sebagainya) untuk kebutuhan film.

Engineering :Sebutan dalam pengerjaan dan pembagian kerja dalam masalahteknis penyiaran
Film Loader :Pengisi Film. Anggota tim kamera kadang adalah asisten kameramen yang mengisi film yang belum diekspose ke dalam magazine dan mengeluarkan film yang telah diekspose.

Floor Director :Seseorang yang bertanggungjawab membantu mengkomunikasikankeinginan sutradara dari master control ke studio produksi

Gaffer :Pemimpin electrician yang bertanggung jawab di bawah Director of Photography mengenai pencahayaan set. berbagai bentuk dan ukuran.

Green Departement : Bertanggungjawab untuk menyediakan pepohonan, semak, bunga, rumput, dan benda-benda hidup lainnya baik yang asli maupun buatan.

Hairdresser : Spesialis penata rambut untuk film. Seorang hairdresser mungkin bekerja dengan penata rambut laki-laki maupun perempuan.

Hairdresser Departement : Bertanggungjawab atas kebutuhan rambut asli maupun wig untuk para aktor dan aktris.

Key Grip : Orang yang memimpin para pekerja grip.
Make-Up Departement :bagian yang bertanggung jawab terhadap penampilan aktor/aktris agar sesuai dengan kebutuhan skenario pada saat syuting.

Music Departement : Bertanggungjawab dalam pengaturan atau menyediakan musik yang akan digunakan dalam film.

Producer : Sebutan ini untuk orang yang memproduksi sebuah film tetapi bukan dalam arti membiayai atau menanamkan investasi dalam sebuah produksi. Tugas seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi dengan anggaran yang telah disetujui oleh executive producer.

Production Departement : Bagian yang menentukan batasan biaya dan menangani persiapan dan pelaksanaan atas segala keperluan dalam sebuah produksi.

Production Assistant : Bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dilapangan selama proses produksi.
Production Manager : Orang yang bertanggung jawab atas detail produksi dari awal sampai produksi itu selesai.

Production Unit : Terdiri dari sutradara, kru kamera, kru tata suara, bagian listrik dan semua orang yang diperlukan dalam suatu produksi.

Prop Man : Bertugas untuk memastikan bahwa properti ada ditempat yang seharusnya pada saat dibutuhkan untuk suatu produksi.
Research Departement : bagian riset yang terdiri dari orang-orang yang menilai otentisitas artikel, benda, kostum.

Script Supervisor, Script Clerk : Bertanggungjawab untuk mencatat seluruh adegan dan pengambilan gambar yang diproduksi. termasuk semua informasi yang diperlukan seperti durasi, arah gerakan, penagrahan mimik wajah, penempatan aktor/aktris dan properti, serta gerakan fisik yang harus disesuaikan aktor/aktris dalam semua cakupan yang berurutan untuk kemungkinan pengambilan gamabr ulang. Semua informasi ini dimasukkan dalam salinan naskah milik supervisi naskah dan digunakan oleh editor ketika tahap editing. Dalam salinan ini juga dimasukkan catatan dari sutradara untuk editor.

Still man, Photographer : Bertanggungjawab atas publiitas dan pembuatan foto set serta lokasi. Dapat juga digunakan pada kesempatan tertentu.

Transportation Departement :Bertanggungjawab terhadap semua kendaraan yang digunakan oleh kru dan pemain selama syuting berlangsung. Dalam hal ini termasuk antar dan jemput kru atau pemain.

VTR Man : Orang yang mengoperasikan VTR (Video tape Recorder) selama proses pembuatan acara televisi.

Wardrobe Departement : Bertanggungjawab atas pemilihan kostum yang akan dipergunakan untuk produksi.

Filosofi Gambar

Filosofi Gambar
Melalui unsur verbal dan visual (nonverbal), diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna denotatif yang didapat pada semiosis tingkat pertama dan makna konotatif yang didapat dari semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada tingkat kedua atau pada tingkat signified, makna pesan dapat dipahami secara utuh (Barthes, 1998:172-173).

Menurut tesis yang dikemukanan ahli semiotika dunia Roland Barthes di atas, namun pada tulisan saya kali ini justru akan lebih banyak melihat dari makna pertama utamanya unsur visual (gambar) yakni makna denotatif. Penulis akan mencoba bagaimana makna-makna verbal itu dihasilkan dari sisi praktisi, si pembuat pesan ( sinematografer, videografer, filmmaker, videomaker, broadcaster).
Secara spesifik penulis akan mengurai ada filosofi gambar di balik sebuah shot. Ketika kita menonton sebuah film atau tayangan televisi, sebenarnya kita sedang menyaksikan rangkaian shot dalam sebuah scene, dan rangkaian scene dalam sebuah sequence, dan seterusnya hingga kita melihat tayangan atau film secara utuh. Disadari atau tidak disadari sebenarnya penonton telah disuguhi ratusan bahkan ribuan shot yang muncul silih berganti di layar televisi setiap harinya.
Pasti ada pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat dalam menciptakan rangkaian shot-shot tadi, sayangnya tidak semua pesan bisa disampaikan dengan baik dan celakanya hal ini karena ”kesalahan” dari si pembuat pesan. Shot semestinya tidak semata urusan teknis mekanis dan estetis,menyampaikan pesan akan ”berurusan” dengan falsafah, the philosophy of the shot. Wah serumit itukah? mari kita pahami sampai tuntas.
Belum ada kesepakatan tentang definisi yang benar-benar pas tentang apa itu sebenarnya shot. Ketika kita menekan tombol rec atau start sampai kita tekan sekali lagi tombol yang sama, maka itu adalah satu shot. Walaupun hanya satu detik atau bahkan sampai satu jam dari awal sampai akhir, baik bergerak maupun diam.

SHOT SIZE/Type of Shot
Shot size/type of shot atau ukuran shot adalah besar kecilnya subjek dalam sebuah frame.Type of shot itu terdiri atas :
ECU : Extreme Close Up (detail shot)
VCU : Very Close Up (shot wajah) dari atas kepala sampai dagu
BCU : Big Close Up (tight CU, full kepala), wajah memenuhi layar
CU : Close Up, dari keapala sampai pundak
MCU : Medium Close Up,
Knee, 3/4Shot :
MLS : Medium Long Shot
LS : Long Shot
ELS : Extra Long Shot (extereme LS, XLS)

Masing-masing ukuran shot di atas akan memiliki makna yang berbeda-beda ketika diimplementasikan pada pengambilan sebuah gambar/shooting.
Long Shots,
Secara umum penggunaan shot jauh ini akan dilakukan jika :
1. Untuk mengikuti area yang lebar atau ketika adegan berjalan cepat
2. Untuk menunjukkan dimana adegan berada/menujukkan tempat
3. Untuk menujukkan progres
4. Untuk menjukkan bagaimana posisi subjek memiliki hubungan dengan yang lain
Medium Shots,
Type shot seperti ini yang paling umum kita jumpai dalam film maupun televisi. Jenis shot ini adalah paling aman, karena tidak ada penekanan khusus seperti halnya pada Long Shots dan Close Shots. Semua adegan bisa ditampilkan dengan netral di sini.
Close Shots,
televisi adalah media close up. Awalnya premis ini karena berkaitan dengan hal teknis. Pertama, acara dengan media televisi harus ditampilkan secara close up karena ukuran televisi yang kecil jika dibandingkan dengan layar di bioskop. Ke dua, berbeda juga dengan bisokop, acara televisi ditonton sambil lalu, akan lebih cocok menampilkan gambar-gambar dengan close shot/padat.
Tapi,yang perlu dipahami juga justru makna-makna yang ditampilkan ketika shot-shot itu dibuat secara close up. Efek close up biasanya, akan terkesan gambar lebih cepat, mendominasi, menekan. Ada makna estestis, ada juga makna psikologis.

MOVEMENT
Terdapat paradoks dalam menciptakan camera movement untuk menghasilkan perubahan visual ketika mencoba membuat invisible movement. Secara teknis hal ini dimaksudkan untuk menghindari bergesernya perhatian penonton. Caranya adalah dengan melakukan pergerakkan kamera yang mengikuti pergerakkan subjek. Tapi yang harus diperhatikan tentu saja adalah tujuan atau motivasi dari pergerakkan kamera itu dibuat. Secara umum, menurut Peter Ward dalam Digital Video Camerawork, motivasi itu antara lain :
1. Untuk menambah interest visual
2. Mengekresikan kegembiraan
3. Meningkatkan ketegangan
4. Memberikan interes pada subjek baru
5. Memberikan perubahan angle/sudut pandang.
Secara khusus, ada dua kaidah dalam mengontrol camera movement, yakni menyesuaikan gerakkan dengan aksi subjek sehingga gerakan kamera akan distimulasi oleh aksi dan yang kedua adanya kebutuhan untuk menjaga komposisi yang baik selama pergerakkan.
Hampir di keseluruhan shot yang ditampilkan dalam film Emergency Room atau E.R. menggunakan konsep ini, dengan demikian efek dramatis tercipta sehingga penonton akan merasakan bagaimana suasana yang sangat dinamis di setiap ruang rumah sakit. Demikian juga di beberapa filmnya Rudy Soedjarwo, walaupun menurut saya masih terasa nanggung. Jadi, apa sebenarnya motivasi Rudy membuat film dengan konsep handheld tersebut ?

ANGLE
Secara mekanis, angle atau sudut pengambilan gambar itu berhubungan erat dengan lensa kamera, baik jenis lensa yang digunakan maupun penempatan kamera itu sendiri. Masih menurut Ward, ruang internal shot sering menonjolkan kualitas emosional dari adegan. Perspektif yang normal untuk membangun shot sering digunakan secara gamblang dan langsung. Tinggi lensa akan mengendalikan bagaimana penonton mengidentifikasi subyek. Lensa rendah akan mengurangi detail level latar belakang dan menghilangkan indikasi antara latar belakang dengan objek. Posisi lensa yang tinggi memiliki efek sebaliknya.
1. Low Angle
Pengambilan gambar dengan low angle, posisi kamera lebih rendah dari objek akan mengakibatkan objek lebih superior, dominan, menekan.
2. High Angle
Kebalikan dari low angle, akan mengakibatkan dampak sebaliknya, objek akan terlihat imperior, tertekan
Dengan mengetahui dampak pesan yang akan tersampaikan dari sudut pengambilan gambar ini, diharapan sinematografer atau videografer bisa mengkonstruksi shot-shot yang akan dibuat sesuai dengan pesan apa yang ingin kita sampaikan pada penonton.
Satu sekuens yang sama akan dimaknai berbeda ketika pemlihan angle shot yan berbeda pula. Misalnya adegan demontrasi mahasiswa, rangkaian petama : 1. long shot para demontrans, 2. high angle demonstran teriak-teriak, 3. low angle polisi sedang menggebuki demonstran. 4. high angle demontran kesakitan, sedangkan rangkain ke dua : 1. long shot para demontrans, 2. low angle demonstran teriak-teriak, 3. high angle polisi sedang menggebuki demonstran. 4. low angle demontran.Dalam sekuens pertama, penonton akan memaknai rangkaian shot tersebut bahwa ada demontrasi yang dilakukan mahasiswa, polisi dengan superioritasnya bisa menangani aksi demontrasi itu dengan sikap represif, mahasiswa teretekan. Sedangkan dalam rangkain shot pada sekuens ke dua, penonton akan melihat demontrasi yang dilakukan mahasiswa walapun dijaga oleh para polisi, mahasiswa terlihat superior dan mendominasi bahkan lebih gagah dari para polisi.
Ya, ini baru satu aspek saja yakni dari angle atau sudut pengambilan gambar bisa menghasilkan efek yang berbeda pada penonton. Jadi, angle menjadi elemen makna atau pesan. Pesan apa yang ingin disampaikan pemberi pesan ?
Secara detail, Ward mengemukan bahwa sudut lensa mana yang dipilih tergantung dari tujuan shot, yang terdiri atas :
1. Menonjolkan subyek prinsip
2. Menonjolkan subyek prinsip
3. Menyediakan variasi ukuran shot
4. Memberikan kelebihan tambahan terhadap subyek yang dipilih
5. Menyediakan perubahan sudut atau ukuran shot untuk memungkinkan terjadinya inter
cutting yang tidak menonjol
6. Menciptakan komposisi shot yang baik
7. Meningkatkan arah mata

5 TIPS JITU SAAT DIWAWANCARA DI TV

5 TIPS JITU SAAT DIWAWANCARA DI TV
1. Hindari menjawab dengan penggunaan kata “ Saya fikir”
Kata tersebut melemahkan argumentasi anda terhadap pertanyaan yang diajukan dan
terdengar membosankan. Kata tersebut tidak memberikan nilai tambah dan seharusnya
dihindarkan.
2. Kenakan jaket dari bahan yang gelap pada saat interview tentang bisnis
Pakaian ini membuat fokus, menambah karisma, kredibilitas dan kepercayaan diri menjadi
lebih menonjol.
3. Hindari pakaian putih tanpa menggunakan jaket
Pakaian putih tanpa menggunakan jaket gelap membuat kepala anda menjadi kusam, hindari
cara berpakaian seperti ini.
4. Hindari melihat langsung ke kamera melainkan lihat kepada pewawancara
Hindari untuk melihat langsung kamera pada saat diwawancara, melainkan fokuslah pada
pewawancaranya.
5. Hindari minuman yang mengandung alkohol, cafferin, susu dan banyak latihan sebelum
wawancara dilakukan.
Susu akan membuat nafas anda menjadi kurang segar pada saat wawancara, sedangkan
minuman yang mengandung alkohol dan caffein akan membuat anda menjadi sering ke toilet.
Jangan lupa untuk berlatih, bila perlu diadakan simulasi sebelum wawancara yang sebenarnya
dilaksanakan.
Selamat tampil di TV....

The Love Scene

The Love Scene
Apakah anda sedang syuting Adegan Percintaan? atau sedang syuting Reality Show ala Katakan Cinta yang memerlukan adegan jatuh cinta? ini gampang2 susah. Beberapa Sutradara seringkali menganggap adegan percintaan sebagai "easy scenes" sehingga mengampangkan proses syuting dan produksinya. Hasilnya, justru adegan murahan yang menampilkan pesona sensual belaka. Padahal, "Love scenes" justru bisa ditampilkan secara indah tanpa harus beraroma sensual. Berikut adalah Tips "bagaimana menyutradarai Love Scene, mungkin cocok untuk produksi Sinetron, Film dan Reality Show....

1. Pre Script Reading
Lakukanlah Script Reading pada plot2x Skenario berulang kali. Biarkan pemeran yang akan melakukan adegan percintaan menghayati betul karakter dan ungkapan rasa cinta yang sesuai dan wajar. Bila ada adegan pelukan, sebaiknya dilepas namun tetap diarahkan sesuai dengan kebutuhan gambar. Harap diingat, faktor sensor akan membuat adegan ini dipotong dan mengakibatkan hilangnya magic moment yang akan mengganggu cerita itu sendiri.

2. Speak The Actor's Language
Saat anda mengarahkan aktor dan aktris untuk saling mengungkapkan rasa cinta, arahkan adegan sesuai dengan bahasa dan cara mereka sehari-hari. Menyampaikan rasa cinta dan sayang memerlukan Bahasa Tubuh, Mimik, Ekspresi wajah, Ekspresi Mata dan Tone Suara yang harus cocok dengan karakter sang pemeran. Jadi, coba arahkan dari sisi sang pemeran bukan dari sisi Sutradara...

3. Comfort Zone
Nah, pada saat syuting adegan bercumbu maupun adegan dating di pinggir pantai, atau adegan dating di restoran, usahakan agar lokasi (zone) dan situasi syuting sangat nyaman bagi pemeran pria maupun wanita. Jangan terlalu banyak kru menonton dipinggir, kalau perlu hanya Sutradara dan Cameraman saja. Buatlah situasi syuting senyaman mungkin.

4. Symbol
Banyak sekali simbol2x cinta yang bisa digunakan untuk menguatkan adegan seperti bunga, warna pink, sound track (Back Sound), pegang tangan, lilin diatas meja hingga ke "following props" (properti yang dipakai sejak awal cerita).

5. Stepping Stone
Ada tingkatan dalam produksi "Love Scenes":
- Tahan perkenalan - Penyutradaraan fokus pada dialog dan "eyes shots"- Tahap Berkencan
(Dating)
- Penyutradaraan fokus pada dialog, eyes shots dan symbol2.
- Tahap "Say I Love You"- Penyutradaraan fokus pada Medium, Close Up hingga Extreme Close
Up. Fokus tidak lagi pada dialog tapi pada ekspresi, mimik dan bahasa tubuh.
- Tahap "Loving you"- Penyutradaraan fokus pada simbol2x dan ekspresi.
Mudah2xan bermanfaat.. .

3 Kebiasaan Utama presenter andal

3 Kebiasaan Utama presenter andal
Presenter TV merupakan pekerjaan yang menjanjikan popularitas, kepuasan kerja dan peluang jaringan yang amat luas. Pekerjaan presenter TV tidak hanya menyampaikan informasi tetapi mereka juga harus mampu meng”entertain” pemirsanya. Selain itu presenter TV sekarang bukan hanya terlibat dalam memandu acara, mengenalkan dan menginterview bintang tamu tapi lebih dari itu mereka juga dituntut memiliki keahlian pada saat merencanakan, meneliti, dan menulis script yang mereka bawakan sebelum disiarkan. Kompleksitas keahlian yang harus dimiliki seorang presenter TV dimulai dengan 3 habit utama seorang presenter :
1. Berlatihlah sebanyak mungkin,
Jangan pernah merasa puas dengan performa yang anda miliki sekarang. Berlatihlah menulis script anda sendiri dan berlatihlah didepan cermin. Tidak ada salahnya anda mengajak teman anda untuk diinterview juga didepan cermin. Jika anda merasa telah mahir tidak ada salahnya anda memberikan keahlian anda secara gratis kepada lembaga sosial yang membutuhkan anda untuk presentasi secara gratis. Anggap saja anda telah dibayar dengan kesempatan yang penting buat anda. Ingat ”practice makes perfect”
2. Bekerja keras dan jangan pernah menyerah
Pekerjaan menjadi presenter TV melibatkan emosi dan perasaan bukan hanya pada saat membawakan acara tetapi sebelum running acara dan evaluasi setelah acara dibawakan. Seringkali presenter TV harus mengurangi waktu tidur mereka untuk melihat berbagai jenis acara sebagai inspirasi ataupun benchmarking buat acara mereka.
3. Ciptakan image anda sendiri
Jangan pernah meniru orang lain, jadilah diri anda sendiri pada saat membawakan suatu acara. Pencitraan ini amat penting bagi seorang TV presenter.
Selamat mencoba menjadi TV presenter, Good Luck
(dari berbagai sumber)

Tips untuk berpresentasi

Tips untuk berpresentasi
Pastikan anda mengetahui kebutuhan dari audiens anda. Kuasai materi presentasi anda. Bicaralah dengan terurut dan selalu melatih cara bicara anda dirumah didepan cermin. Tidak ada salahnya anda mencoba untuk merekam presentasi anda dalam tape maupun handycam untuk mempelajarinya sehingga memperbaiki cara presentasi anda.


Ketika anda berbicara didepan audiens, maka anda menjadi aktor diatas panggung. Bagaimana anda penampilan karakter anda menjadi sangat penting. Berpakaianlah sesuai dengan situasi yang anda hadapin. Munculkan kesan antusias, ramah, tenang, percaya diri dan jangan terlihat sombong. Usahakan serileks mungkin walaupun anda nervous. Berbicaralah dengan ritme yang tepat, jelas dan tunjukan bahwa anda menjiwai topik yang anda bawakan. Tidak ada salahnya anda memastikan bahwa audiens yang berada pada posisi yang terjauh dari anda dapat mendengar suara anda dengan jelas. Variasikan suara nada dan dramatisasikan apabila diperlukan.


Bahasa tubuh menjadi sangat penting. Cara anda berdiri, berjalan ataupun bergerak harus disesuaikan dengan gesture tangan dan ekspressi wajah. Apalagi jika anda melakukan presentasi dengan membaca teks bahasa tubuh menjadi lebih penting lagi. Jika memungkinkan hindari cara presentasi dengan membaca teks, tidak ada salahnya anda menggunakan perlengkapan power point. Usahakan hindari presentasi dengan text yang panjang dan audiens “dipaksa” untuk membacanya.


Berbicaralah dengan penuh keyakinan terhadap yang apa yang anda bicarakan. Pengaruhilah audiens anda secara efektif. Hindari membaca dari catatan, jika anda melakukan kesalahan, perbaiki dan segera lanjutkan. Tidak dianjurkan bagi anda untuk memohon maaf atas kesalahan tadi. Tatap mata audiens semua audiens anda, anda dapat menggunakan metode 3 detik untuk menatap audiens anda untuk memastikan audiens anda memperhatikan anda dengan seksama. Sapalah audiens anda, dengarkan pertanyaan mereka, responslah reaksi mereka, sesuaikan dan adaptasi adalah kata kunci. Ingat komunikasi adalah kunci dalam komunikasi


Gunakan teknik ”pause”, teknik ini penting untuk audiens dan juga kamu untuk merefleksikan dan berfikir terhadap apa yang telah disampaikan. Jangan biarkan anda membiarkan presentasi berjalan begitu cepat sehingga tidak dapat diikuti audiens. Gunakan humor jika dimungkinkan, kadangkala teknik ini bermanfaat untuk menjaga audiens tetap fokus pada saat presentasi.


Terakhir jangan lupa untuk menyampaikan presentasi secara terurut mulai dari pengenalan, fokus presentasi dan konklusi.


Selamat berpresentasi.

White Balance

White Balance
Camera sudah di "White Balance". Lalu Camera Rolling. Lalu anda berpindah lokasi, perlukah kita melakukan White Balance ulang ?
Jawabannya, ya.

White Balance dibutuhkan saat :
1. Perpindahan lokasi dari Outdoor ke Indoor
2. Perpindahan lokasi dari tempat teduh ke bawah terik Matahari
3. Dari suasana menjelang senja dan "outdoor natural light' mulai redup
4. Saat rasio "Temperature" cahaya berubah. Misalnya, ruangan indoor menggunakan cahaya
matahari.
5. Kamera dimatikan.
Semoga bermanfaat.

Reaction Shoot

Reaction Shoot

Salah satu bentuk "shot" yang kadang terlupakan pada saat produksi
program televisi baik untuk produksi menggunakan single atau multi kamera, ataupun produksi untuk live maupun recording adalah "Reaction Shot". Tipe shot untuk "reaction" tidak selalu namun umumnya bisa dibagi dalam 4 bentuk Reaction Shot :

1.Talk Show
umumnya reaction shot lebih banyak Close Up, ini untuk menunjukkan
ekspresi lawan bicara saat dialog berjalan

2. Sport
Gunakanlah "Grup Shot" untuk mendapatkan reaksi dari berbagai
penonton yang duduk berderetan. Bisa saja, dalam Group Shot ini, tampak dua reaksi penonton yang berbeda, yang menang tampak gembira, yang kalah tampak sedih.

3. Music Show
Disini "reaction shot" sangat beragam, bisa ke wajah, tangan bertepuk,
ketukan kaki, bibir bernyanyi dsb. Sering juga disebut dengan "Variety Moment Shots".

4. News
Reaction shot diambil sesuai dengan kondisi Aktual dan Faktual yang dihadapi.
Semakin Aktual reaction shot semakin bagus.

Nah, jangan lupa durasi untuk Reaction Shot ini minimal 5 detik. Bisa saja
kurang dari 5 detik tapi biasanya kurang bisa dimengerti oleh pemirsa karena terlalu cepat. Tapi kalau lebih dari 5 detik, bisa saja tapi bukan lagi sebagai "reaction shot" tapi ini adalah sebuah "Moment SHot".

Jadi, jangan lupa selalu membuat Reaction SHot, membuat televisi menjadi
lebih interaktif secara pasif....

Semoga bermanfaat.. .

Announcing for News

Once Again, Breakdown The Terminology
1. Host atau presenter adalah seseorang yang bertanggung jawab menjalankan sebuah acara.
Seperti juga seorang master of ceremonies (MC) adalah seorang yang menjadi pemandu atau
memperesentasikan sebuah show.
2. TV Presenter adalah seorang yang memandu atau menjadi hosts dalam program televisi.

Ada beberapa macam istilah News Presenter :
1. News presenter
Pada umumnya diterjemahkan sebagai seseorang yang mempresentasikan siaran berita pada
medium elektronik (televisi, radio atau Internet). Terminologi ini sesungguhnya tidak begitu
menjelaskan secara detil tentang peran atau fungsi dalam industri, khususnya televisi. Karena
itu, sejumlah terminologi sepesifik, lebih mengemuka.

2. News reader
Adalah presenter, yang tugasnya hanyalah membacakan berita melalui sebuah alat yang
disebut teleprompter. Sejak era 80-an para broadcaster mulai meninggalkan penggunaannya.

3. Newscaster
Adalah presenter pada sebuah bulletin berita, dimana ia bekerja sebagai jurnalis yang terlibat
aktif dalam proses produksi program berita.

4. News Anchor
Adalah seorang “television personality” yang mempresentasikan material yang telah disiapkan
dan disaat yang sama juga dapat dengan cepat berimprovisasi ketika tayangan masih
berlangsung. Ketergantungan terhadap naskah dan telepromter menjadi sangat – sangat
lentur. Terkadang mereka juga dapat berlaku sebagai komentator atau mewawancarai
narasumber.

Peran Presenter
1. Sekarang, presenter cenderung menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sebuah acara.
2. Tidak seperti sebelumnya, kini presenter menjadi personifikasi dari acara yang dibawakan.
Presenter yang baik justru membuat program itu ada karena dirinya

Prinsip Berkomunikasi
1. Seorang penyiar dikatakan berhasil jika ia dapat mengemukakan ide secara efektif pada
penonton
2. Ini artinya, penyampaian melalui lafal, gestur, mimik dan sorot mata menjadi sebuah
kombinasi yang baik sehingga memperkuat pesan
3. Komunikasi yang baik terjadi ketika penonton menerima pesan tanpa distorsi

Penyiar dan Penonton
1. Tanpa penonton, penyiar bukanlah fungsi penting.
2. Seorang penyiar karenanya harus dapat membangun sikap mental (mental attitude) dalam
mengimajinasikan para penonton mereka
3. Akan selalu bermanfaat berpikir positif bahwa anda memiliki pemirsa yang menyaksiakan
secara sungguh – sungguh siaran anda
4. Lebih bermanfaat lagi ketika anda membayangkan seseorang…
5. Talk to the people vs. talk to the hand

The Skill
1. Supel dan percaya diri, serta memiliki kemampuan untuk melibatkan penonton
2. Memilki keandalan dalam komunikasi lisan dan tulis serta kemampuan presentasi
3. Mampu mengingat fakta dan melaksanakan ad-lib jika dirasa perlu
4. Memiliki keterampilan melakukan riset dan mewawancara. Memilki rasa keingintahuan yang
tinggi.
5. Memiliki pengetahuan yang baik tentang proses produksi
6. Memiliki minat untuk meneliti banyak hal
7. Mampu tenang dan fokus jika berada dalam kondisi tertekan
8. Kreatif dan fleksibel


Naskah
1. KISS
2. Harus ditentukan dimana berhenti, nada meninggi, nada dalam
3. Memvisualisasikan impresi naskah ketika tampil di muka kamera
4. Pastikan anda tahu bagaimabunyi yang tepat untuk sebuah kata

Memahami Naskah
Dr. Stanley T. Donner , Texas University
1. Baca dua kali naskah untuk mendapatkan makna dan arti, dengan suara keras
2. Apa mood naskah / mix-mood ?
3. Membangun mood yang dibacakan dengan menulis kembali dengan gaya bahasa sendiri
4. Menentukan intonasi, penggalan dan pitch suara
5. Menentukan bahasa tubuh yang tepat

Ad-Lib
1. Penyampaian pesan, tanpa naskah yang baku, biasanya menjadi improvisasi penyiar
2. Dr. Hubert Heffner : “Jangan buat penonton bosan atas penampilan anda”
3. Kuasai materi dan minati topik yang akan anda sampaikan
4. Harus tercermin bahwa sang penyiar memiliki ketertarikan dan keinginan untuk
menyampaikannya
5. Spontanitas menjadi nuansa yang diharapkan muncul

Leads That Sell
1. Selalu menggunakan paradigma bahwa lead berhubungan dengan penonton (hook). Ini
menjadi cara bagaimana penonton terlibat

Contoh Lead Biasa :
" Pemerintah DKI akan menaikkan tarif air bersih 20 % bulan depan ..“

Lead dengan Hook :
" Jika anda warga Jakarta dan menjadi pelanggan PAM maka bersiaplah untuk
menambah pengeluran bulanan anda.”

2. Hindari berpanjang – panjang. " Cetak vs broadcast "
3. Update informasi terkini dari berita yang dibacakan (re-packaging item).
“empat orang meninggal dunia dalam tabrakan maut di jalan tol pagi tadi “
4. Sisipkan background dan memberikan konteks pada cerita yang akan dibacakan

Keterampilan Berbahasa
1. Diksi
Mengunakan pilihan kata popular yang lebih familiar bagi kebanyakan orang. Hindari sedapat
mungkin menggunakan kata – kata teknis dan rumit.

2. Intonasi
Intonasi menyangkut empat hal yakni Tekanan, Nada, Tempo dan Jeda. Tekanan adalah
keras lemahnya suara. Nada terkait dengan Keras-Lemahnya Suara. Tempo tentang cepat –
lambatnya berbicara dan Jeda mengangkut penghentian

3. Pelafalan
Tidak ada tawar menawar untuk dapat melafalkan kata – kata secara sempurna. Jika tidak
bersiaplah cemooh dan kehilangan respek dari hadirin. Sadari “Lidah Ibu”

4. Kalimat Efektif
Gunakan kata – kata yang tepat dengan susunan yang tepat pula. Hal tersebut akan
membangun kalimat efektif, memudahkan para penonton mencerna pesan dan tidak berputar
– putar.

5. Gesture, Eyes & Expression
- Mata menjadi indikator awal, apakah anda yakin akan diri anda dan siap menjalankan
tugas anda
- Muka mencerminkan emosi dan pemikiran
- Tersenyum atau tidak tersenyum ?
- Tidak ada manusia yang identik dengan batang pohon, apalagi presenter. Karenanya
bergeraklah seperti manusia
- Part of the job is acting !

Persiapan
1. Riset dan membaca menjadi tuntutan yang tak lagi bisa ditawar.
2. Selalu dapat menyesuaikan diri dengan lokasi dimana berita akan disampaikan.
Beradaptasilah
3. No super-ego, No low, Self-esteem


Gbr Struktur NewsRoom



Tips Menjadi REPORTER

Tips Menjadi REPORTER
Siapa Itu Reporter?
Berdasar arti kata yang berasal dari bahasa asing, “pembuat laporan”.

Fungsi Reporter
Bayangkan musafir, yang mengembara ke mana-mana, kemudian menyampaikan cerita yang menarik hasil pengembaraannya kepada orang lain yang ingin mendengarkan ceritanya.

Apa Saja Yang Harus Diperhatikan?

1. Tanggung jawab (kebenaran, urgensi dan relevansi terhadap situasi)
2. Menulis efisien (pendek, tapi bermutu)
3. Bahasa gambar (tiap naskah, apa gambarnya?)
4. 2 in 1 dengan cameraman
5. Pengetahuan luas

Sudahkah Anda Meningkatkan Pengetahuan?
1. Apakah kemarin membaca buku? Buku apa? Berapa bab atau halaman?
2. Apakah kemarin membaca koran? Berapa koran?
3. Apakah sudah menulis kemarin? Tentang apa dan berapa banyak?
4. Nonton film? Ikut seminar atau ceramah? Dapat input apa?

Modal Lain?
1. Jaringan/ persahabatan
2. Rasa ingin tahu yang besar
3. Perpustakaan sendiri. Why not?
4. Bahasa asing
5. Internet and technology minded
6. Intuisi
7. Berani tampil

Yang Dibutuhkan Industri?
Reporter yang kritis, kreatif dan penuh vitalitas untuk memperoleh berita yang baru dan bermakna bagi banyak orang.
Semoga bermanfaat

Empat Points menjadi Profesional TV/Filmmaker

Empat Points menjadi Profesional TV/Filmmaker
Sebagai seorang profesional Video maker atau Filmmaker, kita seringkali harus bekerjasama dengan berbagai profesional lain (kru, DOP, Produser, Sutradara, Penulis Skenario, Penata Artistik, dll) dalam proyek dan produksi yang berbeda-beda.
Dan keberagaman ini sangat penting untuk tetap menumbuhkan kreativitas seni visual yang "Fresh" dan "Different" sehingga hasil akhirpun menjadi sebuah karya yang sesuai dengan production design yang diinginkan. Untuk itu, bila anda ingin maju, sebaiknya hindari bekerjasama dengan tim langganan yang itu-itu saja. Atau bila sudah ada tim yang solid, cobalah bereksplorasi dengan profesional lain untuk mendapatkan penciptaan-penciptaan baru. Steven Spielberg saja, tidak pernah mempunyai langganan tim produksi yang solid. Bahkan dalam karyanya Schinder List, Spielberg justru bekerjasama dengan profesional dokumentaris yang kuat dalam produksi dokumenter.
Kunci utama keberhasilan sebagai seorang profesional ada Empat Points:
1.Skill
Skill, ini persyaratan utama. Anda wajib menguasai skill dalam bidang profesi anda baikuntuk teknis maupun non teknis. Biasanya Skill bisa dipelajari di berbagai sekolahTV/Film, bisa juga dengan berguru pada para senior dan mencari pengalaman.
2.Network
Sedangkan Networking dibutuhkan agar anda masuk ke dalam jaringan industri yang mengakui skill anda.
3.TeamWork
Kalau sudah mendapatkan Network maka yang diuji adalah kemampuan anda untuk Team Work dengan tim produksi yang selalu berbeda, bukan hanya dengan orang yang itu-itu saja. Kalau anda tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, maka Networking ini akan terhenti dengan sendirinya. Dan anda tidak diakui lagi sebagai seorang Profesional.
4.Etika
Yang terakhir adalah Etika! nah ini sering dilupakan oleh para tv maker/filmmaker instant yang terburu-buru ingin segera tampil sebagai profesional. Etika ini tumbuh dari bawah, bila anda memulai karir anda sebagai seorang asisten produksi atau kru unit atau kru lighting dsb maka anda akan merasakan bekerja sebagai kru dilapangan. Ini akan menumbuhkan rasa solidaritas dan etika ketika anda menjadi profesional. Bila tidak, anda akan terbuang dari industri hanya karena tidak punya etika yang baik. Etika ini juga termasuk dengan tata cara bekerja, menjaga kepentingan klien, tata bahasa, menjaga networking dengan para senior, dsb.
Sesungguhnya banyak anak2 muda kreatif bahkan punya modal finansial yang kuat untuk maju. Tapi mereka terjungkal karena tidak dimodali keempat points diatas. Sekarang saja, puluhan ribu anak2 muda kuliah broadcast, komunikasi dan film di dalam dan diluar negeri.
Ratusan lainnya membeli peralatan digital dan langsung berkarya.... namun bila tidak ada Skill, Network, TeamWork dan Skill... you will be gone no matter what.....
Semoga bermanfaat

Tips Memotret dengan Kamera Ponsel


Bagi peminat dunia fotografi, memotret adalah pekerjaan serius yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Kamera yang digunakan pun tentu harus memadai, entah pakai kamera manual maupun kamera digital. Ada banyak literatur, baik berbentuk buku, majalah, maupun website yang membahas tentang dunia fotografi.
Namun bagi kebanyakan kita, memotret barang kali hanya sekadarselingan untuk bersenang-senang, itu pun dilakukan cukup dengan kameraponsel. Soal hasil, tentu tidak bisa dibandingkan dengan fotografer profesional. Meski demikian, beberapa tips berikut tidak rugi untuk kita ikuti agar kualitas jepretan dengan kamera ponsel bisa"maksimal".
1. Pencahayaan adalah kunci memotret dengan kamera ponsel. Semakinterang cahaya yang jatuh pada objek foto, kemungkinan hasil yang didapat akan semakin baik. Jika berada dalam ruang, nyalakan semua lampu yang ada. Jika ponsel dilengkapi lampu blitz, pastikan dalam kondisi "on" meskipun memotret di luar ruang. Hindari memotret berlawanan dengan sumber cahaya karena hasilnya akan membentuk gambar siluet.

2. Semakin dekat dengan objek semakin baik. Kamera ponsel berbeda dengan kamera biasa. Untuk itu, perhatikan benar jarak dengan objek sehingga bisa menghindari hasil dengan gambar objek yang terlalu kecil dan tidak jelas. Umumnya gambar kamera ponsel lebih kecil dari yangterlihat di layar akibat resolusi yang rendah. Tetapi, harap juga diperhatikan bahwa jika jaraknya terlalu dekat dengan objek, hasilnya juga tidak baik.

3. Sejauh mungkin usahakan agar ponsel dalam kondisi tidak bergerak. Seperti kamera biasa, semakin stabil kamera ponsel maka hasilnya akan semakin baik. Ini terutama pada saat kondisi pencahayaan yang minim. Yang penting harus diketahui, kamera ponsel mempunyai kelemahan yang disebut shutter lag, yaitu ada selang waktu sekian detik setelah tombol di tekan baru gambar diambil. Karena itu, usahakan tempat menjaga posisi ponsel setelah menekan tombol. Tidak seperti kamera digital yang mempunyai tripod, umumnya ponsel hanya dipegang tangan maka unsur stabilitas menjadi urusan sang pemotret.

4. Edit belakangan. Meskipun kamera ponsel Anda dilengkapi dengan fitur editing foto, sebaiknya proses editing tetap dilakukan pada komputer PC. Umumnya perangkat lunak di PC mempunyai fasilitas yang lebih lengkap untuk memproses gambar, juga untuk berjaga-jaga dengan membuat backup-nya. Jangan lupa untuk selalu mengambil gambar dalam mode warna karena setiap saat kita bisa mengedit menjadi gambar hitam-putih. Sebaliknya, jika diambil dalam mode hitam-putih, tidak mungkin kita bisa mengeditnya menjadi gambar berwarna sesuai aslinya.

5. Jangan terburu menghapus foto yang "hancur". Kualitas layar ponsel memang tidak semuanya sebagus seperti monitor PC. Tidak jarang fotoyang dihasilkan dari kamera ponsel akan lebih bagus dilihat pada layar monitor daripada di layar ponsel.

6. Hindari menggunakan fitur zoom. Meski menarik untuk memotret objekyang diperbesar dengan zoom digital, namun sesungguhnya hal inimenurunkan kualitas foto yang dihasilkan. Tetapi, bila kamera ponsel Anda dilengkapi dengan zoom optical, zoom tidak akan berpengaruh.

7. Gunakan fitur "white balance". Meski jarang dipakai atau bahkan tidak banyak yang tahu, fitur ini memungkinkan Anda untuk mengatur pewarnaan proses pengambilan gambar berdasarkan kondisi yang ada. Garis besarnya, objek akan kelihatan lebih terang atau gelap. Namun, sebaiknya coba-coba dulu untuk mendapatkan pengalaman hasil terbaik.

8. Ambil gambar sebanyak mungkin. Kamera digital, termasuk pula kameraponsel, hadir dengan kelebihan efisiensi biaya dibanding kamera berbasis rol film. Sehingga mengambil gambar sebanyak mungkin tidak akan menambah biaya Anda. Hasilnya, Anda mempunyai banyak pilihan untuk menentukan mana yang terbaik untuk disimpan.

9. Berkreasilah dengan komposisi letak objek. Untuk mendapatkan hasil yang menarik gunakan sudut pandang yang kreatif. Usahakan memotret dari sudut-sudut "yang tak biasa". Jadi meski kualitas foto tak sebagus kamera digital, tapi kalau dari sisi komposisi enak dipandang, hasilnya lumayan.

10. Jaga kebersihan lensa kamera ponsel Anda. Karena alat inisebetulnya adalah ponsel maka tak heran bila urusan menjaga lensa kadang terabaikan. Maklum selain disimpan di saku, ponsel juga lebih sering menempel di kuping. Tak heran keringat atau sidik jari menempe di lensa. Gunakan kain halus dan bersih untuk membersihkan secara teratur lensa kamera ponsel Anda.

11. Perhatikan etika/aturan memotret pada beberapa tempat. Meskipun umumnya tidak ada tanda peringatan gambar kamera ponsel disilang,tentu saja bila di satu tempat dilarang memotret dengan kameradigital, kamera ponsel pun dilarang. Kamera ponsel memang sangat mudahuntuk mengambil gambar di tempat-tempat yang "tersembunyi". Namun,jangan sekali-sekali menggunakan untuk memotret hal yang secara norma hukum, susila, atau agama dilarang. Biasakan meminta izin terlebih dahulu sebelum mengambil gambar seseorang yang belum Anda kenal. Hindari berpura-pura mengetik SMS sebagai dalih memotret sesuatu/seseorang. Sekarang banyak sekali kamera keamanan (CCTV) yang siap membongkar ulah Anda setiap saat. Jangan sampai rasa malu atau malah denda dan penjara yang menanti keisengan Anda.

12. Segera ganti nama file foto. Memotret dengan kamera ponsel memang mengasyikkan, hingga tak sadar ribuan foto telah masuk ke ponsel. Masalahnya, ketika sebuah foto dibutuhkan, tidak jarang kita akankebingungan mencarinya kembali.

13. Gunakan setting resolusi tertinggi yang disediakan oleh kameraponsel Anda. Foto dengan resolusi tinggi memungkinkan Anda mendapathasil terbaik serta keleluasaan ketika proses editing. Namun sesuaikanpula dengan kapasitas memory card kamera ponsel Anda.

14. Pastikan kamera ponsel Anda disimpan pada tempat yang tidakterlalu panas. Menyimpan ponsel di tempat yang panas akan menurunkankualitas foto yang disimpan di dalamnya.