Latest Updates

Crew Produksi

Crew Produksi
Agent (Agent Model) : Seseorang yang dipekerjakan oleh satu atau lebih talent agency atau serikat pekerja untuk mewakili keanggotaan mereka dalam berbegosiasi kontrak individual yang termasuk gaji, kondisi kerja, dan keuntungan khusus yangtidak termasuk dalam standard guilds atau kontrak serikat kerja. Orang ini diharapkan oleh para aktor/aktris untuk mencarikan mereka pekerjaan dan membangun karir mereka
Art Departement : Bagian artistik. Bertanggung jawab terhadap perancang set film. Seringkali bertanggung jawab untuk keseluruhan desain priduksi. Tugasnya biasanya dilaksanakan dengan kerjasama yang erat dengan sutradara dan cameraman

Asst. Director :Seorang asisten sutradara film yang memperhatikan administrasi, hal yang penting sehingga departemen produksi selalumengetahui perkembangan terbaru proses pengambilan film. Ia bertanggung jawab akan kehadiran aktor/aktris pada saat dan tempat yang tepat, dan juga untuk melaksanakan instruksi sutradara.

Art Director :Pengarah artistik dari sebuah produksi

Asisten Produser :Seorang yang membantu produser dalam menjalankan tugasnya

Broadcaster :Sebutan untuk seseorang yang bekerja dalam industri penyiaran

Best Boy :Asisten Gaffer atau asisten Key Grip.

Boom Man :Seorang yang mengoperasikan mikrofon boom.

Booth Man :Operator proyektor film. Orang yang bekerja dalam ruang proyeksi.

Camera Departement :Bertanggung jawab untuk memperoleh dan merawat semua peralatan kamera yang dibutuhkan untuk memfilmkan sebuah motion picture. Juga bertanggung jawab untuk penanganan film, pengisian film, dan berhubungan dengan laboratorium pemrosesan.
Cameraman :- First Cameraman sering disebut sebagai Penata Fotografi (Director of Photography) atau kepala kameramen, bertanggung jawab terhadap pergerakan dan penempatan kamera dan juga pencahayaan dalam suatu adegan. Kecuali dalam unit produksi yang kecil, Penata Fotografi tidak melakukan pengoperasian kamera selama syuting yang sesungguhnya.- Second Cameraman sering disebut sebagai asisten kameramen atau operator kamera, bertindak sesuai instruksi dari kameramen utama dan melakukan penyesuaian pada kamera atau mengoperasikan kamera selama syuting.- First Assistant Cameramen sering disebut Kepala Asisten untuk pada operator kamera. Seringkali bertanggung jawab untuk mengatur fokus kamera (untuk kamera film)- Second Assistant Cameraman, menjadi asisten operator kamera.

Cinematographer (Sinematografer) :Penata Fotografi. Orang yang melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan dan fotografi adegan. Sinematografer yang kreatif juga akan membantu sutradara dalam memilih sudut, penyusunan, dan rasa dari pencahayaan dan kamera.

Costume Designer :Orang yang merancang dan memastikan produksi kostum secara sementara maupun permanen untuk sebuah film.

Dialogue Coach or Dialogue Director :Orang dalam set yang bertanggung jawab membantu para aktor/aktris dalam mempelajari kalimat mereka selama pembuatan film. Mungkin juga membantu pengaturan dialog.

Director : Orang yang mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan bertanggung jawab untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan produser.

Editor :Sebutan bagi seseorang yang berprofesi sebagai ahli pemotongangambar video dan audio.
Editorial Departement :Divisi dimana semua potongan film yang telah dihasilkan digabungkan sehingga membentuk urutan yang koheren, kadang dengan bantuan asisten sutradara atau produser.

Electric Departement :Bertanggung jawab terhadap penjagaan dan penyediaan segala alat elektrik. (misalnya: lampu, kabel, dan lain sebagainya) untuk kebutuhan film.

Engineering :Sebutan dalam pengerjaan dan pembagian kerja dalam masalahteknis penyiaran
Film Loader :Pengisi Film. Anggota tim kamera kadang adalah asisten kameramen yang mengisi film yang belum diekspose ke dalam magazine dan mengeluarkan film yang telah diekspose.

Floor Director :Seseorang yang bertanggungjawab membantu mengkomunikasikankeinginan sutradara dari master control ke studio produksi

Gaffer :Pemimpin electrician yang bertanggung jawab di bawah Director of Photography mengenai pencahayaan set. berbagai bentuk dan ukuran.

Green Departement : Bertanggungjawab untuk menyediakan pepohonan, semak, bunga, rumput, dan benda-benda hidup lainnya baik yang asli maupun buatan.

Hairdresser : Spesialis penata rambut untuk film. Seorang hairdresser mungkin bekerja dengan penata rambut laki-laki maupun perempuan.

Hairdresser Departement : Bertanggungjawab atas kebutuhan rambut asli maupun wig untuk para aktor dan aktris.

Key Grip : Orang yang memimpin para pekerja grip.
Make-Up Departement :bagian yang bertanggung jawab terhadap penampilan aktor/aktris agar sesuai dengan kebutuhan skenario pada saat syuting.

Music Departement : Bertanggungjawab dalam pengaturan atau menyediakan musik yang akan digunakan dalam film.

Producer : Sebutan ini untuk orang yang memproduksi sebuah film tetapi bukan dalam arti membiayai atau menanamkan investasi dalam sebuah produksi. Tugas seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi dengan anggaran yang telah disetujui oleh executive producer.

Production Departement : Bagian yang menentukan batasan biaya dan menangani persiapan dan pelaksanaan atas segala keperluan dalam sebuah produksi.

Production Assistant : Bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dilapangan selama proses produksi.
Production Manager : Orang yang bertanggung jawab atas detail produksi dari awal sampai produksi itu selesai.

Production Unit : Terdiri dari sutradara, kru kamera, kru tata suara, bagian listrik dan semua orang yang diperlukan dalam suatu produksi.

Prop Man : Bertugas untuk memastikan bahwa properti ada ditempat yang seharusnya pada saat dibutuhkan untuk suatu produksi.
Research Departement : bagian riset yang terdiri dari orang-orang yang menilai otentisitas artikel, benda, kostum.

Script Supervisor, Script Clerk : Bertanggungjawab untuk mencatat seluruh adegan dan pengambilan gambar yang diproduksi. termasuk semua informasi yang diperlukan seperti durasi, arah gerakan, penagrahan mimik wajah, penempatan aktor/aktris dan properti, serta gerakan fisik yang harus disesuaikan aktor/aktris dalam semua cakupan yang berurutan untuk kemungkinan pengambilan gamabr ulang. Semua informasi ini dimasukkan dalam salinan naskah milik supervisi naskah dan digunakan oleh editor ketika tahap editing. Dalam salinan ini juga dimasukkan catatan dari sutradara untuk editor.

Still man, Photographer : Bertanggungjawab atas publiitas dan pembuatan foto set serta lokasi. Dapat juga digunakan pada kesempatan tertentu.

Transportation Departement :Bertanggungjawab terhadap semua kendaraan yang digunakan oleh kru dan pemain selama syuting berlangsung. Dalam hal ini termasuk antar dan jemput kru atau pemain.

VTR Man : Orang yang mengoperasikan VTR (Video tape Recorder) selama proses pembuatan acara televisi.

Wardrobe Departement : Bertanggungjawab atas pemilihan kostum yang akan dipergunakan untuk produksi.

Filosofi Gambar

Filosofi Gambar
Melalui unsur verbal dan visual (nonverbal), diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna denotatif yang didapat pada semiosis tingkat pertama dan makna konotatif yang didapat dari semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada tingkat kedua atau pada tingkat signified, makna pesan dapat dipahami secara utuh (Barthes, 1998:172-173).

Menurut tesis yang dikemukanan ahli semiotika dunia Roland Barthes di atas, namun pada tulisan saya kali ini justru akan lebih banyak melihat dari makna pertama utamanya unsur visual (gambar) yakni makna denotatif. Penulis akan mencoba bagaimana makna-makna verbal itu dihasilkan dari sisi praktisi, si pembuat pesan ( sinematografer, videografer, filmmaker, videomaker, broadcaster).
Secara spesifik penulis akan mengurai ada filosofi gambar di balik sebuah shot. Ketika kita menonton sebuah film atau tayangan televisi, sebenarnya kita sedang menyaksikan rangkaian shot dalam sebuah scene, dan rangkaian scene dalam sebuah sequence, dan seterusnya hingga kita melihat tayangan atau film secara utuh. Disadari atau tidak disadari sebenarnya penonton telah disuguhi ratusan bahkan ribuan shot yang muncul silih berganti di layar televisi setiap harinya.
Pasti ada pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat dalam menciptakan rangkaian shot-shot tadi, sayangnya tidak semua pesan bisa disampaikan dengan baik dan celakanya hal ini karena ”kesalahan” dari si pembuat pesan. Shot semestinya tidak semata urusan teknis mekanis dan estetis,menyampaikan pesan akan ”berurusan” dengan falsafah, the philosophy of the shot. Wah serumit itukah? mari kita pahami sampai tuntas.
Belum ada kesepakatan tentang definisi yang benar-benar pas tentang apa itu sebenarnya shot. Ketika kita menekan tombol rec atau start sampai kita tekan sekali lagi tombol yang sama, maka itu adalah satu shot. Walaupun hanya satu detik atau bahkan sampai satu jam dari awal sampai akhir, baik bergerak maupun diam.

SHOT SIZE/Type of Shot
Shot size/type of shot atau ukuran shot adalah besar kecilnya subjek dalam sebuah frame.Type of shot itu terdiri atas :
ECU : Extreme Close Up (detail shot)
VCU : Very Close Up (shot wajah) dari atas kepala sampai dagu
BCU : Big Close Up (tight CU, full kepala), wajah memenuhi layar
CU : Close Up, dari keapala sampai pundak
MCU : Medium Close Up,
Knee, 3/4Shot :
MLS : Medium Long Shot
LS : Long Shot
ELS : Extra Long Shot (extereme LS, XLS)

Masing-masing ukuran shot di atas akan memiliki makna yang berbeda-beda ketika diimplementasikan pada pengambilan sebuah gambar/shooting.
Long Shots,
Secara umum penggunaan shot jauh ini akan dilakukan jika :
1. Untuk mengikuti area yang lebar atau ketika adegan berjalan cepat
2. Untuk menunjukkan dimana adegan berada/menujukkan tempat
3. Untuk menujukkan progres
4. Untuk menjukkan bagaimana posisi subjek memiliki hubungan dengan yang lain
Medium Shots,
Type shot seperti ini yang paling umum kita jumpai dalam film maupun televisi. Jenis shot ini adalah paling aman, karena tidak ada penekanan khusus seperti halnya pada Long Shots dan Close Shots. Semua adegan bisa ditampilkan dengan netral di sini.
Close Shots,
televisi adalah media close up. Awalnya premis ini karena berkaitan dengan hal teknis. Pertama, acara dengan media televisi harus ditampilkan secara close up karena ukuran televisi yang kecil jika dibandingkan dengan layar di bioskop. Ke dua, berbeda juga dengan bisokop, acara televisi ditonton sambil lalu, akan lebih cocok menampilkan gambar-gambar dengan close shot/padat.
Tapi,yang perlu dipahami juga justru makna-makna yang ditampilkan ketika shot-shot itu dibuat secara close up. Efek close up biasanya, akan terkesan gambar lebih cepat, mendominasi, menekan. Ada makna estestis, ada juga makna psikologis.

MOVEMENT
Terdapat paradoks dalam menciptakan camera movement untuk menghasilkan perubahan visual ketika mencoba membuat invisible movement. Secara teknis hal ini dimaksudkan untuk menghindari bergesernya perhatian penonton. Caranya adalah dengan melakukan pergerakkan kamera yang mengikuti pergerakkan subjek. Tapi yang harus diperhatikan tentu saja adalah tujuan atau motivasi dari pergerakkan kamera itu dibuat. Secara umum, menurut Peter Ward dalam Digital Video Camerawork, motivasi itu antara lain :
1. Untuk menambah interest visual
2. Mengekresikan kegembiraan
3. Meningkatkan ketegangan
4. Memberikan interes pada subjek baru
5. Memberikan perubahan angle/sudut pandang.
Secara khusus, ada dua kaidah dalam mengontrol camera movement, yakni menyesuaikan gerakkan dengan aksi subjek sehingga gerakan kamera akan distimulasi oleh aksi dan yang kedua adanya kebutuhan untuk menjaga komposisi yang baik selama pergerakkan.
Hampir di keseluruhan shot yang ditampilkan dalam film Emergency Room atau E.R. menggunakan konsep ini, dengan demikian efek dramatis tercipta sehingga penonton akan merasakan bagaimana suasana yang sangat dinamis di setiap ruang rumah sakit. Demikian juga di beberapa filmnya Rudy Soedjarwo, walaupun menurut saya masih terasa nanggung. Jadi, apa sebenarnya motivasi Rudy membuat film dengan konsep handheld tersebut ?

ANGLE
Secara mekanis, angle atau sudut pengambilan gambar itu berhubungan erat dengan lensa kamera, baik jenis lensa yang digunakan maupun penempatan kamera itu sendiri. Masih menurut Ward, ruang internal shot sering menonjolkan kualitas emosional dari adegan. Perspektif yang normal untuk membangun shot sering digunakan secara gamblang dan langsung. Tinggi lensa akan mengendalikan bagaimana penonton mengidentifikasi subyek. Lensa rendah akan mengurangi detail level latar belakang dan menghilangkan indikasi antara latar belakang dengan objek. Posisi lensa yang tinggi memiliki efek sebaliknya.
1. Low Angle
Pengambilan gambar dengan low angle, posisi kamera lebih rendah dari objek akan mengakibatkan objek lebih superior, dominan, menekan.
2. High Angle
Kebalikan dari low angle, akan mengakibatkan dampak sebaliknya, objek akan terlihat imperior, tertekan
Dengan mengetahui dampak pesan yang akan tersampaikan dari sudut pengambilan gambar ini, diharapan sinematografer atau videografer bisa mengkonstruksi shot-shot yang akan dibuat sesuai dengan pesan apa yang ingin kita sampaikan pada penonton.
Satu sekuens yang sama akan dimaknai berbeda ketika pemlihan angle shot yan berbeda pula. Misalnya adegan demontrasi mahasiswa, rangkaian petama : 1. long shot para demontrans, 2. high angle demonstran teriak-teriak, 3. low angle polisi sedang menggebuki demonstran. 4. high angle demontran kesakitan, sedangkan rangkain ke dua : 1. long shot para demontrans, 2. low angle demonstran teriak-teriak, 3. high angle polisi sedang menggebuki demonstran. 4. low angle demontran.Dalam sekuens pertama, penonton akan memaknai rangkaian shot tersebut bahwa ada demontrasi yang dilakukan mahasiswa, polisi dengan superioritasnya bisa menangani aksi demontrasi itu dengan sikap represif, mahasiswa teretekan. Sedangkan dalam rangkain shot pada sekuens ke dua, penonton akan melihat demontrasi yang dilakukan mahasiswa walapun dijaga oleh para polisi, mahasiswa terlihat superior dan mendominasi bahkan lebih gagah dari para polisi.
Ya, ini baru satu aspek saja yakni dari angle atau sudut pengambilan gambar bisa menghasilkan efek yang berbeda pada penonton. Jadi, angle menjadi elemen makna atau pesan. Pesan apa yang ingin disampaikan pemberi pesan ?
Secara detail, Ward mengemukan bahwa sudut lensa mana yang dipilih tergantung dari tujuan shot, yang terdiri atas :
1. Menonjolkan subyek prinsip
2. Menonjolkan subyek prinsip
3. Menyediakan variasi ukuran shot
4. Memberikan kelebihan tambahan terhadap subyek yang dipilih
5. Menyediakan perubahan sudut atau ukuran shot untuk memungkinkan terjadinya inter
cutting yang tidak menonjol
6. Menciptakan komposisi shot yang baik
7. Meningkatkan arah mata

5 TIPS JITU SAAT DIWAWANCARA DI TV

5 TIPS JITU SAAT DIWAWANCARA DI TV
1. Hindari menjawab dengan penggunaan kata “ Saya fikir”
Kata tersebut melemahkan argumentasi anda terhadap pertanyaan yang diajukan dan
terdengar membosankan. Kata tersebut tidak memberikan nilai tambah dan seharusnya
dihindarkan.
2. Kenakan jaket dari bahan yang gelap pada saat interview tentang bisnis
Pakaian ini membuat fokus, menambah karisma, kredibilitas dan kepercayaan diri menjadi
lebih menonjol.
3. Hindari pakaian putih tanpa menggunakan jaket
Pakaian putih tanpa menggunakan jaket gelap membuat kepala anda menjadi kusam, hindari
cara berpakaian seperti ini.
4. Hindari melihat langsung ke kamera melainkan lihat kepada pewawancara
Hindari untuk melihat langsung kamera pada saat diwawancara, melainkan fokuslah pada
pewawancaranya.
5. Hindari minuman yang mengandung alkohol, cafferin, susu dan banyak latihan sebelum
wawancara dilakukan.
Susu akan membuat nafas anda menjadi kurang segar pada saat wawancara, sedangkan
minuman yang mengandung alkohol dan caffein akan membuat anda menjadi sering ke toilet.
Jangan lupa untuk berlatih, bila perlu diadakan simulasi sebelum wawancara yang sebenarnya
dilaksanakan.
Selamat tampil di TV....

The Love Scene

The Love Scene
Apakah anda sedang syuting Adegan Percintaan? atau sedang syuting Reality Show ala Katakan Cinta yang memerlukan adegan jatuh cinta? ini gampang2 susah. Beberapa Sutradara seringkali menganggap adegan percintaan sebagai "easy scenes" sehingga mengampangkan proses syuting dan produksinya. Hasilnya, justru adegan murahan yang menampilkan pesona sensual belaka. Padahal, "Love scenes" justru bisa ditampilkan secara indah tanpa harus beraroma sensual. Berikut adalah Tips "bagaimana menyutradarai Love Scene, mungkin cocok untuk produksi Sinetron, Film dan Reality Show....

1. Pre Script Reading
Lakukanlah Script Reading pada plot2x Skenario berulang kali. Biarkan pemeran yang akan melakukan adegan percintaan menghayati betul karakter dan ungkapan rasa cinta yang sesuai dan wajar. Bila ada adegan pelukan, sebaiknya dilepas namun tetap diarahkan sesuai dengan kebutuhan gambar. Harap diingat, faktor sensor akan membuat adegan ini dipotong dan mengakibatkan hilangnya magic moment yang akan mengganggu cerita itu sendiri.

2. Speak The Actor's Language
Saat anda mengarahkan aktor dan aktris untuk saling mengungkapkan rasa cinta, arahkan adegan sesuai dengan bahasa dan cara mereka sehari-hari. Menyampaikan rasa cinta dan sayang memerlukan Bahasa Tubuh, Mimik, Ekspresi wajah, Ekspresi Mata dan Tone Suara yang harus cocok dengan karakter sang pemeran. Jadi, coba arahkan dari sisi sang pemeran bukan dari sisi Sutradara...

3. Comfort Zone
Nah, pada saat syuting adegan bercumbu maupun adegan dating di pinggir pantai, atau adegan dating di restoran, usahakan agar lokasi (zone) dan situasi syuting sangat nyaman bagi pemeran pria maupun wanita. Jangan terlalu banyak kru menonton dipinggir, kalau perlu hanya Sutradara dan Cameraman saja. Buatlah situasi syuting senyaman mungkin.

4. Symbol
Banyak sekali simbol2x cinta yang bisa digunakan untuk menguatkan adegan seperti bunga, warna pink, sound track (Back Sound), pegang tangan, lilin diatas meja hingga ke "following props" (properti yang dipakai sejak awal cerita).

5. Stepping Stone
Ada tingkatan dalam produksi "Love Scenes":
- Tahan perkenalan - Penyutradaraan fokus pada dialog dan "eyes shots"- Tahap Berkencan
(Dating)
- Penyutradaraan fokus pada dialog, eyes shots dan symbol2.
- Tahap "Say I Love You"- Penyutradaraan fokus pada Medium, Close Up hingga Extreme Close
Up. Fokus tidak lagi pada dialog tapi pada ekspresi, mimik dan bahasa tubuh.
- Tahap "Loving you"- Penyutradaraan fokus pada simbol2x dan ekspresi.
Mudah2xan bermanfaat.. .

3 Kebiasaan Utama presenter andal

3 Kebiasaan Utama presenter andal
Presenter TV merupakan pekerjaan yang menjanjikan popularitas, kepuasan kerja dan peluang jaringan yang amat luas. Pekerjaan presenter TV tidak hanya menyampaikan informasi tetapi mereka juga harus mampu meng”entertain” pemirsanya. Selain itu presenter TV sekarang bukan hanya terlibat dalam memandu acara, mengenalkan dan menginterview bintang tamu tapi lebih dari itu mereka juga dituntut memiliki keahlian pada saat merencanakan, meneliti, dan menulis script yang mereka bawakan sebelum disiarkan. Kompleksitas keahlian yang harus dimiliki seorang presenter TV dimulai dengan 3 habit utama seorang presenter :
1. Berlatihlah sebanyak mungkin,
Jangan pernah merasa puas dengan performa yang anda miliki sekarang. Berlatihlah menulis script anda sendiri dan berlatihlah didepan cermin. Tidak ada salahnya anda mengajak teman anda untuk diinterview juga didepan cermin. Jika anda merasa telah mahir tidak ada salahnya anda memberikan keahlian anda secara gratis kepada lembaga sosial yang membutuhkan anda untuk presentasi secara gratis. Anggap saja anda telah dibayar dengan kesempatan yang penting buat anda. Ingat ”practice makes perfect”
2. Bekerja keras dan jangan pernah menyerah
Pekerjaan menjadi presenter TV melibatkan emosi dan perasaan bukan hanya pada saat membawakan acara tetapi sebelum running acara dan evaluasi setelah acara dibawakan. Seringkali presenter TV harus mengurangi waktu tidur mereka untuk melihat berbagai jenis acara sebagai inspirasi ataupun benchmarking buat acara mereka.
3. Ciptakan image anda sendiri
Jangan pernah meniru orang lain, jadilah diri anda sendiri pada saat membawakan suatu acara. Pencitraan ini amat penting bagi seorang TV presenter.
Selamat mencoba menjadi TV presenter, Good Luck
(dari berbagai sumber)

Tips untuk berpresentasi

Tips untuk berpresentasi
Pastikan anda mengetahui kebutuhan dari audiens anda. Kuasai materi presentasi anda. Bicaralah dengan terurut dan selalu melatih cara bicara anda dirumah didepan cermin. Tidak ada salahnya anda mencoba untuk merekam presentasi anda dalam tape maupun handycam untuk mempelajarinya sehingga memperbaiki cara presentasi anda.


Ketika anda berbicara didepan audiens, maka anda menjadi aktor diatas panggung. Bagaimana anda penampilan karakter anda menjadi sangat penting. Berpakaianlah sesuai dengan situasi yang anda hadapin. Munculkan kesan antusias, ramah, tenang, percaya diri dan jangan terlihat sombong. Usahakan serileks mungkin walaupun anda nervous. Berbicaralah dengan ritme yang tepat, jelas dan tunjukan bahwa anda menjiwai topik yang anda bawakan. Tidak ada salahnya anda memastikan bahwa audiens yang berada pada posisi yang terjauh dari anda dapat mendengar suara anda dengan jelas. Variasikan suara nada dan dramatisasikan apabila diperlukan.


Bahasa tubuh menjadi sangat penting. Cara anda berdiri, berjalan ataupun bergerak harus disesuaikan dengan gesture tangan dan ekspressi wajah. Apalagi jika anda melakukan presentasi dengan membaca teks bahasa tubuh menjadi lebih penting lagi. Jika memungkinkan hindari cara presentasi dengan membaca teks, tidak ada salahnya anda menggunakan perlengkapan power point. Usahakan hindari presentasi dengan text yang panjang dan audiens “dipaksa” untuk membacanya.


Berbicaralah dengan penuh keyakinan terhadap yang apa yang anda bicarakan. Pengaruhilah audiens anda secara efektif. Hindari membaca dari catatan, jika anda melakukan kesalahan, perbaiki dan segera lanjutkan. Tidak dianjurkan bagi anda untuk memohon maaf atas kesalahan tadi. Tatap mata audiens semua audiens anda, anda dapat menggunakan metode 3 detik untuk menatap audiens anda untuk memastikan audiens anda memperhatikan anda dengan seksama. Sapalah audiens anda, dengarkan pertanyaan mereka, responslah reaksi mereka, sesuaikan dan adaptasi adalah kata kunci. Ingat komunikasi adalah kunci dalam komunikasi


Gunakan teknik ”pause”, teknik ini penting untuk audiens dan juga kamu untuk merefleksikan dan berfikir terhadap apa yang telah disampaikan. Jangan biarkan anda membiarkan presentasi berjalan begitu cepat sehingga tidak dapat diikuti audiens. Gunakan humor jika dimungkinkan, kadangkala teknik ini bermanfaat untuk menjaga audiens tetap fokus pada saat presentasi.


Terakhir jangan lupa untuk menyampaikan presentasi secara terurut mulai dari pengenalan, fokus presentasi dan konklusi.


Selamat berpresentasi.